Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KINERJA TRIS: Rupiah Tertekan, Laba Trisula International 2014 Tergerus

Pelemahan rupiah turut membuat pendapatan PT Trisula International Tbk. tahun lalu meleset dari target yang sebesar Rp750 miliar, setelah membukukan Rp746,82 miliar sekaligus 5,19% lebih rendah dari raihan 2013.
Pendapatan Trisula International tahun lalu turun/ilustrasi
Pendapatan Trisula International tahun lalu turun/ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA-- Pelemahan rupiah turut membuat pendapatan PT Trisula International Tbk. tahun lalu meleset dari target yang sebesar Rp750 miliar, setelah membukukan Rp746,82 miliar sekaligus 5,19% lebih rendah dari perolehan 2013.

Corporate Secretary Trisula International (TRIS) Marcus Brotoatmodjo mengatakan pihaknya mesti mengimpor beberapa merek yang dipasarkan. "Di sisi ritel, merek seperti Hallmark kami impor 100% sedangkan kami menjualnya dalam rupiah. Kami tidak bisa langsung naikkan harga ke konsumen," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (24/3) malam.

Faktor lainnya adalah kondisi ekonomi Eropa dan AS yang belum membaik sepenuhnya. Porsi ekspor perseroan mencapai 80%, sehingga perlambatannya cukup terasa. Di sisi lain, pertumbuhan penjualan domestik dipandang belum sesuai harapan.

Kondisi nilai tukar rupiah juga disebut sebagai penyebab turunnya laba bersih TRIS hingga 30,98%, dari Rp35,39 miliar menjadi Rp24,42 miliar. Sebelumnya, perseroan sudah menyatakan pesimis dapat mencapai target laba bersih yang besarnya Rp35 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan tahunan 2014, TRIS mengalami rugi selisih kurs sekitar Rp3,06 miliar. Kondisi ini berbanding terbalik dari setahun sebelumnya, di mana perseroan mendapat keuntungan kurs senilai Rp4,89 miliar. Saat ini, perseroan tidak memberlakukan kebijakan hedging.   

Marcus menyatakan pihaknya akan memperbesar porsi penjualan dari beberapa pasar baru, seperti Selandia Baru dan Korea Selatan. "Di sana prospeknya lumayan. Sekarang memang masih di bawah 5%, tapi kami harapkan nantinya dapat menutup melemahnya pasar Eropa," paparnya.

Kedua negara itu sebenarnya sudah menjadi tujuan TRIS sejak tiga tahun terakhir, tapi baru mulai memberikan kontribusi positif pada 2014.

Selain faktor kurs, Marcus menyebut Upah Minimum Regional (UMR) di wilayah Kabupaten dan Kota Bandung sebagai penyebab lain tertekannya laba bersih. Pada 2014, UMR di kedua wilayah tersebut mengalami kenaikan sekitar 10%. Saat ini, seluruh pabrik TRIS berada di daerah itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Anissa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper