Bisnis.com, JAKARTA -- Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia optimistis pertumbuhan nilai aktiva bersih industri reksa dana tahun ini bisa tumbuh hingga 20%.
Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI) menargetkan nilai aktiva bersih (NAB) atau dana kelolaan industri reksa dana pada 2017 bisa mencapai Rp1.000 triliun dengan total 5 juta investor. Melihat NAB reksa dana per Desember 2014 baru mencapai Rp240 triliun dengan jumlah investor sekitar 400.000, diperkirakan pertumbuhan NAB setiap tahunnya harus sekitar 15%.
Namun, Ketua Umum APRDI Denny R. Thaher mengatakan tahun ini dia cukup optimistis pertumbuhan kinerja reksa dana bisa tumbuh 20% seperti pertumbuhan tahun lalu. “Pertumbuhannya bisa 15%-20%. Ekonomi Indonesia sudah cukup solid, banyak hal yang akan berdampak multiplier effect tahun ini yang bisa mendorong,” kata Denny di Jakarta belum lama ini.
Sepanjang tahun lalu, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) total NAB industri reksa dana tercatat Rp266,22 triliun atau tumbuh 21,49% dari perolehan pada 2013 yang Rp219,12 triliun.
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad mengatakan untuk bisa mencapai target yang ditetapkan APRDI pada 2017, ada berbagai langkah yang harus dilakukan. Menurutnya, peningkatkan jumlah investor mutlak dilakukan melalui kegiatan sosialisasi dan edukasi.
“Saya pikir pendapatan masyarakat sekarang sudah meningkat. Manajer Investasi harus melihat kesempatan pada keluarga di daerah berkembang seperti BSD (Bumi Serpong Damai), Alam Sutera, dan daerah berkembang lainnya, potensinya besar,” kata Muliaman.
APRDI bersama OJK memangs semakin gencar mempromosikan reksa dana. Setelah menggelar acara rutin bertema Pekan Reksa Dana di mall dan kampus, kali ini sosialisasi dilakukan di gedung-gedung perkantoran. Gedung pertama yang dijadikan lokasi adalah kantor pusat OJK. Setelah itu, akan dilanjutkan ke gedung-gedung pemerintah dan juga swasta.
Denny menambahkan, sejalan dengan tumbuhnya kelas menengah di usia muda, potensi pasar reksa dana menjadi semakin terbuka. Apalagi, pemahaman generasi muda mengenai investasi kini jauh lebih bagus. Oleh sebab itu, para pengelola dana dan regulator harus mampu memenuhi ekspektasi potensi pasar tersebut.
Misalnya pemasaran dan pembayaran reksa dana bisa dilakukan dengan platform online. Melalui penggunaan teknologi internet, nasabah akan lebih mudah melakukan transaksi dan efisien. "Jika harga per unitnya sudah terjangkau dan aksesnya mudah, nasabah bisa melakukan transaksi darimana saja dengan aman, kami optimis investasi di reksa dana akan tumbuh lebih cepat," kata Denny.
APRDI berharap, berbagai terobosan yang dilakukan pelaku pasar dalam menjual dan mempopulerkan reksa dana mendapat dukungan dari regulator. Pasalnya, platform-platform baru berbasis teknologi yang digunakan oleh pengelola dana harus disetujui oleh regulator.
BACA JUGA:
Standard & Poor's Disuspensi di AS, Bagaimana Nasib Instrumen yang Diperingkat?
SMELTER FREEPORT: Ini Syarat Perpanjangan Rekomendasi Ekspor Bagi Freeport