Bisnis.com, YOGYAKARTA - PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia terus gencar mengincar peluang kerjasama dan kolaborasi dengan lembaga sejenis di negara lain guna mempersiapkan diri menghadapi masyarakat ekonomi Asean tahun depan.
Lembaga sejenis Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) di negara lain itu disebut central counterparty (CCP). Direktur Utama KPEI Hasan Fawzi mengatakan pihaknya rutin melakukan pertemuan dengan para CPP di negara lain melalui Asia Oceania Central Counterparties (AO-CCP) meeting setiap tahunnya.
Pertemuan dilakukan untuk berbagi informasi dan pengalaman di masing-masing negara. Adapun, kali ini pertemuan dilakukan di Indonesia.
“Secara khusus dalam penyelenggaraan kali ini, kami berinisiatif untuk berkolaborasi dan kerjasama dengan CCP yang ada. Kami harapkan ada kolaborasi dan kerjasama biilateral dan multilateral setelah pertemuan ini,” katanya di sela Pembukaan AO-CCP ke-11 di Yogyakarta, Kamis (30/10).
Setidaknya diharapkan, usai pertemuan ini ada komitmen kerjasama yang diawali dengan memorandum of understanding (MoU) dengan CCP negara lain. Dalam MoU nantinya disebutkan, kerjasama akan memuat empat hal utama yakni information sharing, progress update, join research and development, dan terjadinya consultanservice.
Saat ini, berkat pertemuan AO-CCP yang sudah dilakukan sejak 2004, KPEI sudah melakukan kolaborasi dan kerjasama dengan beberapa negara. Kerjasama dilakukan guna meningkatkan kinerja pasar modal dalam negeri.
“Kami sudah kerjasama dengan Korea untuk belajar aspek pinjam meminjam mereka. Dengan Iran kami kerjasama ke arah teknologi, dengan Jepang terkait fasilitasi pembiayaan transaksi di bursa, kami masih berharap dengan negara lainnya,” tambah dia.
KPEI sendiri belum bisa menargetkan negara mana lagi yang akan diajak bekerja sama. “Kami harus lihat dulu, setelah seminar ini selesai, akan kami lihat, negara mana, karena tidak bisa sembarangan.”
Dia menilai, kerjasama dengan CCP negara lain sangat dibutuhkan untuk menghadapi masyarakat ekonomi Asean yang berlaku pada Desember 2015. Pasalnya, dalam pertemuan itu setiap negara membawa current issue masing-masing sehingga bisa berbagi pengalaman dengan negara lain.
Indonesia sendiri membawa empat isu yang salah satunya adalah mengenai lingkup fungsi layanan pinjam meminjam efek. “Kalau Indonesia ketinggalan bisa belajar dengan negara lain, begitu juga sebaliknya.”
Kegiatan AO-CCP Meeting ke-11 dihadiri peserta dari 12 institusi CCP yang a.l Tokyo Stock Exchange (TSE), Japan Securities Clearing Corporation (JSCC), Taiwan Stock Exchange (TWSE), Korea Exchange (KRX), Taiwan Depository and Clearing Corporation (TDCC), India Clearing Corporation Limited (ICCL), dan National Clearing Corporation of Pakistan (NCC of Pakistan).
Kemudian, Singapore Exchange (SGX), Bursa Malaysia (BM), Securities Clearing Corporation of The Phillipines (SCC of Phillipines), Central Securities Depository of Iran (CSDI), dan tentunya PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI).
Deputi Komisioner Pengawasan Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) M. Noor Rachman mengatakan meeting regional yang berlangsung secara rutin seperti ini mampu membangun upaya yang terkoordinasi dalam mengembangkan industri pasar modal di masing-masing negara.
Menurutnya, kehadiran lembaga CCP mampu meningkatkan keamanan, transparansi, dan efisiensi di dalam pasar modal. Untuk itu, kegiatan AO-CCP meeting dinilai mampu menjadi sarana yang tepat untuk meningkatkan kolaborasi lembaga-lembaga CCP, sehingga dapat berdampak positif pada perkembangan pasar modal secara umum,” ujarnya.
Asia Oceania Central Counterparties (AO-CCP) meeting merupakan pertemuan antar Central Counterparty (CCP) di wilayah Asia Oceania. AO-CCP meeting bertujuan menyediakan wadah diskusi untuk CCP di wilayah Asia Oceania dalam rangka menciptakan pemahaman antar AO-CCP dan membuka peluang kerjasama dan kolaborasi antar anggota AO-CCP.
AO-CCP meeting pertama dilaksanakan pada tahun 2004 dan dilaksanakan satu kali tiap tahun berikutnya. Kegiatan utama dalam AO-CCP Meeting adalah pertukaran informasi atas topik tertentu sesuai tren industri.