Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah diprediksi menjadi salah satu yang paling rentan terhadap kebijakan Federal Reserve AS untuk menaikkan suku bunga pinjaman antar bank (Federal Fund Rate) menjadi 1,375% pada 17 September 2014.
Prateek Gupta, Strategist di Sektor Mata Uang Nomura Holdings Inc di Singapura, memprediksi rupiah menjadi salah satu mata uang yang paling rentan di regional Asia menyusul kebijakan normalisasi dari The Fed.
“Tingginya posisi obligasi asing, defisit transaksi berjalan (current account deficit) yang cukup besar, serta lemahnya Bank Indonesia berkontribusi terhadap kerentanan tersebut,” ujarnya seperti dikutip Bloomberg, Jumat (19/9/2014).
Berdasarkan data dari otoritas bursa yang dikutip Bloomberg, investor asing telah menjual saham senilai US$195 juta sepanjang empat hari pertama minggu ini, yang terbesar sejak Desember tahun lalu.
Para investor asing juga memiliki 37,4% obligasi pemerintah Indonesia dengan mata uang rupiah dan defisit transaksi berjalan naik dua kali lipat menjadi US$9,1 miliar pada kuartal II/2014, dari sebelumnya hanya US$4,2 miliar.