Bisnis.com, JAKARTA - PT Martina Berto Tbk. mengkaji penaikan harga jual produk pada semester II tahun ini.
Direktur Utama Martina Berto Bryan David Emil mengatakan kenaikan tarif listrik sejak awal 2014 cukup menganggu kinerja usaha emiten dengan kode MBTO ini. Namun, sejak awal tahun hingga saat ini, perseroan belum pernah menaikkan harga jual produk sebagai langkah menjaga kinerja keuangan perusahaan.
“Tetapi saat ini kami sedang mengkaji, apakah perlu ada kenaikan harga atau tidak. Semoga tidak perlu, tetapi kalau harus dinaikkan, we'll see,” kata Bryan kepada Bisnis di sela-sela acara BUMN Forum di Jakarta, Selasa (19/8/2014).
Mengenai persentase kenaikan harga yang akan ditetapkan, pihaknya masih enggan menyebutkan dengan alasan rencana tersebut masih dalam tahap kajian.
Berdasarkan laporan keuangan MBTO, sepanjang semester I/2014, laba bersih persoan turun drastis 386,47% menjadi Rp3,77 miliar dari perolehan Rp18,34 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Salah satu penyebab merosotnya laba bersih disebabkan oleh penjualan perseroan yang turun menjadi Rp308, 18 miliar dari perolehan sebelumnya yang senilai Rp337, 41 miliar.
Selain itu, beban penjualan, mulai dari pemasaran, operasi, umum dan administrasi juga masih mengalami kerugian. Beban penjualan dan pemasaran perseroan sepanjang enam bulan pertama ini tercatat rugi Rp112, 09 miliar. Adapun beban umum dan administrasi tercatat rugi Rp35,99 miliar.
“Penurunan ini pastinya karena ada hambatan di penjualan, kemudian ada investasi, dan sebagainya. Namun, sampai akhir tahun kami masih optimis pendapatan penjualan bisa tumbuh 10% dibandingkan tahun lalu,” jelas dia.
Banyak strategi yang akan dilakukan perusahaan sepanjang lima bulan terakhir ini. Mulai dari melakukan penetrasi distribusi, perbaikan cash flow, serta membentuk anak usaha patungan untuk memperbesar kontrak manufaktur perusahaan. “Perusahaan patungan pelengkap kecantikan, kami ingin mayoritas 51%-60%, semoga bisa signing tahun ini.”