Bisnis.com, JAKARTA—Harga gandum akan turun meski tidak sebesar perkiraan para analis akibat gangguan suplai dari Ukraina dan hasil panen di Amerika Serikat yang diperkirakan menyusut, menurut perkiraan pemerintah Australia.
Harga gandum di sejumlah pelabuhan Amerika Serikat untuk jenis hard-red winter, jenis yang paling banyak diekspor, diperkirakan turun 5,4% menjadi rata-rata US$300 per metrik ton pada tahun ini mulai 1Juli, menurut Australian Bureau of Agricultural sebagaimana dikutip Bloomberg, Selasa (17/6/2014).
Pada Maret lembaga itu memperkirakan terjadi penurunan 6,6% menjadi US$285 per ton. Sementara itu, produksi dunia akan turun 2,2% menjadi 696 juta ton pada 2014 hingga 2015, menurut lembaga tersebut.
Gandum naik ke level tertinggi dalam 14 bulan selama Mei sebelum anjlok akibat pasar lesu bulan ini. Pasar lesu akibat naiknya jumlah pasok di Eropa dan Laut hitam yang mampu mengimbangi penurunan produksi di AS.
Meningkatkan suplai gandum akan membantu mempertahankan inflasi produk makanan global. Sedangkan PBB melaporkan terjadinya penurunan harga per bulan kedua selama Mei.
Kontrak gandum di Chicago menguat menjadi $7,44 pada 6 Mei di tengah terganggunya hasil panen AS. Selain itu, Aneksasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina telah meningkatkan spekulasi bahwa arus suplai dari kawasan itu akan terancam.