Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Diprediksi Masih Dihantui Profit Taking, Simak Ulasannya

Indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan masih berkonsolidasi pada awal pekan ini, sedangkan tren penurunan imbal hasil surat utang negara diproyeksikan berlanjut. Pergerakan kedua pasar tersebut pada pekan ini masih akan dihantui aksi profit taking.
 Bursa Efek Indonesia/Bisnis.com
Bursa Efek Indonesia/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan masih berkonsolidasi pada awal pekan ini, sedangkan tren penurunan imbal hasil surat utang negara diproyeksikan berlanjut.Pergerakan kedua pasar tersebut pada pekan ini masih akan dihantui aksi profit taking.

William Suryawijaya, analis PT Asjaya Securities, mengatakan perjalanan naik IHSG masih harus melalui fase konsolidasi dan dikonfirmasi pada resistance 4.838 untuk kembali memperkuat pola up trend jangka pendek.

Jika berhasil ditutup di atas level 4.699, secara teknikal dapat disimpulkan kekuatan IHSG untuk naik belum berkurang.

“Walau terjadi outflow, tetapi masih dalam skala sangat kecil dibandingkan dengan inflow yang telah terjadi beberapa waktu sebelumnya,” katanya, seperti dilaporkan Harian Bisnis Indonesia, Senin (24/3/2014).

Reza Priyambada, analis PT Trust Securities, menuturkan masih menguatnya pasar obligasi memberikan imbas positif bagi pasar saham, sehingga IHSG masih mampu kembali lagi ke zona hijau pada penutupan perdagangan pekan lalu.

Adapun, menurut data PT Penilai Harga Efek Indonesia, imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun turun 7 basis poin menjadi 8,04% pada penutupan perdagangan Jumat (21/3) dari posisi pada hari sebelumnya 8,11%.

Sepanjang pekan lalu, lanjutnya, IHSG bergerak melemah 174,83 poin atau sebesar 3,66% di bandingkan dengan pekan sebelumnya yang naik 192,75 poin atau sebesar 4,11% akibat maraknya aksi profit taking oleh para investor.

Pada pekan ini, ungkap Reza, IHSG akan bergerak pada rentang support 4.650-4.674 dan resistance 4.884-4.915. “Beberapa data ekonomi yang perlu diperhatikan antara lain HSBC Manufacturing Index di Tiongkok.”

Sementara itu, Yudhistira Slamet, Head of Debt Research PT Danareksa Sekuritas, mengatakan berdasarkan data selama 3 tahun terakhir, imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun cenderung berada di atas suku bunga acuan Bank Indonesia.

Dengan melihat kondisi saat ini yang berada di level 7,9%-8%, imbal hasil obligasi pemerintah masih berpeluang untuk melanjutkan tren penurunan yang telah berlangsung sejak pertengahan Februari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maftuh Ihsan
Editor : Nurbaiti
Sumber : Bisnis Indonesia (24/3/2014)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper