Bisnis.com, JAKARTA — Sebanyak 2,32 miliar saham baru PT Garuda Indonesia Tbk., yang menjadi hak pemerintah dalam pelaksanaan rights issue 3,23 miliar saham GIAA, tidak 100% diserap oleh para investor yang mendapatkan penawaran atas saham tersebut.
Pemerintah memutuskan tidak ikut ambil bagian dalam proses penerbitan saham baru tersebut, sehingga hak pemerintah ditawarkan kepada para investor.
Nantinya, kepemilikan pemerintah di Garuda dipastikan berkurang. Tiga penjamin emisi, yang bertindak sebaai placement agen atas saham baru Garuda yang menjadi hak pemerintah itu, telah memberikan pernyataan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kemarin mengenai kondisi penawaran saham itu.
“Kami sudah filling ke OJK hari ini [kemarin]. Mereka Ian ingin tahu bagaimana hasil penawaran rights issuenya sebelum RUPS digelar. Kami sebutkan bahwa sebagian besar terserap. Kami Ian tidak bisa cover 100% pemegangsaham,” ujar Direktur Utama Danareksa Sekuritas Marciano H. Herman kepada Bisnis, Kamis (20/3).
Danareksa Sekuritas merupakan satu dari tiga penjamin emisi yang bertindak sebagai placement agen atas saham baru yang menadi hak pemerintah. Dua penjamin emisi lainnya yakni PT Mandiri Sekuritas dan PT Bahana Securities.
Dia menilai respons para investor strategis yang didatangi pihak Garuda dan penjamin emisi (underwriter) di Singapura dan Hong Kong beberapa waktu lalu cukup positif kepada emiten dengan kode saham GIAA itu.
“Kepada Garuda dan pasar Indonesia, respons mereka positif. Namun, memang dari sisi industri cukup banyak pertanyaan. Seperti diketahui, banyak penerbangan yang harus melakukan efisiensi. Persaingan kian ketat, harga avtur tinggi, dan currency juga melemah,” kata Marciano.
Seperti diketahui, Mandiri Sekuritas, Bahana Securities, dan Danareksa Sekuritas juga bertindak sebagai penjamin emisi saat Garuda melakukan penawaran umum perdana (IPO) pada 2011. Saat itu, saham Garuda dilego pada harga Rp750.
Namun, respons pasar yang kurang positif terhadap saham Garuda ketika itu membuat ketiga sekuritas pelat merah itu harus menyerap sisa saham yang tak diserap pasar dan melepasnya kepada Trans Air ways, lini usaha CT Corp. yang dimiliki oleh pengusaha Chirul Tanjung, pada April 2012 pada harga Rp620 per saham. Kini, Trans Airways menguasai 10,89% saham Garuda.