Bisnis.com, JAKARTA—Kinerja ciamik serta sentiment positif yang diberikan pasar terhadap sektor perbankan membuat harga saham emiten di sektor itu bergerak naik, sehingga mendorong BBRI menjadi emiten BUMN dengan kapitalisasi pasar terbesar, menggeser posisi TLKM.
Dengan kapitalisasi pasar yang mencapai Rp227,57 triliun per 13 Maret 2014, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) berada di urutan teratas dari 20 perusahaan pelat merah yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Per 31 Desember 2013, bank yang fokus di segmen usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) itu berada di peringkat ke-3 dengan kapitalisasi pasar Rp177,06 triliun.
PT Telekomunikasi IndonesiaTbk. (TLKM) turun ke urutan kedua dengan kapitalisasi pasar Rp222,26 triliun. Selain BRI, dua emiten bank BUMN lain terdongkrak seiring dengan kinerja keuangan dan industri perbankan yang relatif lebih bagus dibandingkan dengan sektor lain.
PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) naik ke peringkat ke-5 dengan kapitalisasi pasar sekitar Rp89,97 triliun. BNI menggeser posisi sebelumnya yang diisi oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) dengan kapitalisasi pasar Rp89,41 triliun.
Bahkan, posisi emiten bank pelat merah lainnya, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) juga terdongkrak dari posisi ke-12 menjadi masuk 10 besar emiten BUMN dengan kapitalisasi pasar Rp13,1 triliun.
Analis PT Recapital Securities Agustini Hamid menuturkan perubahan posisi 10 besar kapitalisasi pasar emiten BUMN yang dialami sektor perbankan itu dikarena perbankan memiliki sentimen positif selama lebih dari 2 bulan memasuki tahun ini.
Menurutnya, hal itu ditambah dengan kebijakan Bank Indonesia yang tidak menaikkan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) hingga Maret 2014.
“Dengan kebijakan itu [BI Rate tidak naik], investor berekspektasi sektor perbankan dinilai akan lebih optimistis dalam menyalurkan kredit ke depan karena mereka terlihat sudah ada kejelasan,” ujarnya seperti dilaporkan Harian Bisnis Indonesia, Jumat (14/3/2014).
Kendati posisi TLKM dan SMGR turun, dia menegaskan itu bukan berarti prospek bisnis kedia perusahaan itu negatif. Pertumbuhan Telkom dan Semen Indonesia yang relatif stabil, dikalahkan oleh sektor perbankan yang tumbuh jauh lebih pesat.
Dia menjelaskan industri telekomunikasi boleh dikatakan sudah matang (mature). "Telkom beruntung bisa mencetak laba, sedangkan kinerja emiten telekomunikasi lain malah turun. Semen Indonesia lebih stabil seiring dengan pertumbuhan pembangunan infrastruktur dan konstruksi," tuturnya.
Selengkapnya baca di Harian Bisnis Indonesia cetak edisi Jumat (14/3/2014) atau di http://epaper.bisnis.com/epaper/detail/view/51/edisi-harian