Bisnis.com, JAKARTA—PT Bali Towerindo Sentra menawarkan harga saham perdana (initial public offering/IPO) di kisaran Rp380—Rp420 per saham dengan target raupan dana Rp33,4 miliar—Rp36,9 miliar.
Perusahaan tersebut akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menawarkan saham barunya kepada masyarakat sebanyak 88 juta lembar saham atau 14,72% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Bersamaan dengan penawaran umum perdana saham itu, perseroan juga akan menerbitkan sebanyak 176 juta waran seri I yang mewakili 34,52% dari jumlah saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh sebelum penawaran umum perdana saham ini dilaksanakan.
Dalam prospektus perseroan yang diterbitkan Senin (17/2/2014), disebutkan seluruh saham baru yang akan ditawarkan kepada masyarakat dan waran seri I memiliki hak yang sama dan sederajat dengan saham lainnya di perseroan.
Dalam proses IPO ini, perseroan menunjuk PT RHB OSK Securities Indonesia untuk menjadi penjamin pelaksana emisi efek (underwriter).
Bali Towerindo akan menggunakan seluruh hasil dana dari IPO untuk belanja modal, seperti membiayai pembangunan menara dan jaringan telekomunikasi di Bali, sewa lahan, serta pembangunan jaringan transmisi antara menara.
Menurut sumber Bisnis yang enggan disebutkan identitasnya, pihaknya mempertanyakan keterbukaan underwriter dalam menjamin emisi efek perusahaan yang berbasis di Bali itu.
Dia menuturkan investor ritel hanya boleh membeli saham perdana di pooling dan tidak diperkenankan untuk ikut bookbuilding.
“Ini sangat merugikan kami selaku investor ritel. Pihak underwriter tidak terbuka. Saya seharian menghubungi bagian sales-nya, tetapi mereka hanya jawab tidak tahu,” katanya kepada Bisnis, Senin (17/2/2014).
Kondisi tersebut menguntungkan investor institusi dan menyebabkan investor ritel sulit untuk memperoleh saham Bali Towerindo.
“Hak investor untuk bookbuilding dipertanyakan,” tegasnya.