Bisnis.com, JAKARTA – Dampak banjir besar di sejumlah daerah di Tanah Air yang bersamaan dengan rencana pengurangan stimulus moneter Amerika Serikat dikhawatirkan akan menekan pasar surat utang negara (SUN) dalam jangka pendek.
Desmon Silitonga, analis PT Millenium Danatama Asset Management, mengatakan kendati harga SUN meningkat sepanjang awal bulan ini, pergerakan imbal hasil obligasi negara masih akan dipengaruhi beberapa sentimen negatif.
“Pasar SUN belum bisa dikatakan aman, sebab risiko yang bisa berpotensi menekan harga SUN masih ada, setidaknya dalam jangka pendek,” ujarnya, Rabu (29/1/2014).
Hasil rapat Fed Open Market Committee (FOMC) pada akhir bulan ini, lanjutnya, akan menentukan arah kebijakan moneter AS dan sekaligus merealisasikan tapering off senilai US$10 miliar. Kondisi ini dikhawatirkan akan meningkatkan tekanan jual di pasar SUN, khususnya oleh asing.
Selain itu, tekanan inflasi pada Januari tahun ini diperkirakan akan tinggi, yang didorong oleh kenaikan harga gas 12 kg dan melonjaknya harga bahan pangan seiring terganggunya distribusi dan pasokan akibat banjir di sejumlah daerah.
“Pada Januari 2013 lalu, inflasi mencapai 1,03% yang juga akibat terjadinya banjir,” katanya.
Kondisi ini, paparnya, sedikit banyak akan mempengaruhi arah dari kebijakan moneter terkait suku bunga Bank Indonesia (BI Rate). Apalagi, posisi nilai tukar rupiah hingga saat ini belum memperlihatkan gejala perbaikan.