Bisnis.com, JAKARTA—Perusahaan properti yang dikenal dengan proyek perumahan kelas menengah, PT Metropolitan Land Tbk. (MTLA), mencetak penjualan senilai Rp955 miliar sepanjang 2013, naik 17,61% dibandingkan dengan perolehan 2012, di angka Rp812 miliar.
Olivia Surodjo, Corporate Secretary Metropolitan Land mengatakan, penyumbang utama dari nilai penjualan tersebut berasal dari proyek Grand Metropolitan. Dia menjelaskan, selain penjualan tersebut, yang bakal menopang kinerja berasal dari pendapatan berkelanjutan (recurring income).
“Recurring income kami sebesar 29-30% dari pendapatan tahun lalu. Sementara tahun ini kita targetkan di atas 35% dari pendapatan,” ungkapnya usai menghadiri sosialisasi peraturan baru Bursa Efek Indonesia di Pacific Place, Jakarta, Senin (27/1).
Dia menambahkan, dalam jangka menengah 3-5 tahun, perseroan menargetkan bakal menambah presentase recurring incomemencapai 40%. Sementara itu, untuk jangka panjang Metropolitan Land menargetkan recurring income menembus 50%.
“Kami optimistis akan target tersebut karena telah menjajaki beberapa produk baru seperti mix used dan perhotelan,” bebernya.
Dirinya menjelaskan, pihaknya terjun ke bisnis hotel dengan membangun dua hotel di Lampung dan Cirebon. Selain itu, perseroan juga bakal membangun mal di Cileungsi, Bogor dan proyek mix used Metland West City di Puri Indah, Jakarta Barat.
“Kami juga sedang menjajaki pembangunan hotel di Nusa Dua, Bali. Nantinya bakal joint venture dengan perusahaan lain. Jika deal, maka semester II bakal kami eksekusi pembangunannya,” ucapnya.
Lebih lanjut, Olivia menyatakan adanya kebijakan pengetatatan pembiayaan seperti loan to value (LTV) bakal mempengaruhi kinerja perusahaan, tetapi tidak signifikan. Menurutnya, LTV bakal sangat berpengaruh terhadap proyek kelas menengah ke atas.
“Target kami lebih banyak kelas menengah dan kelas menengah ke bawah. Komposisi kelas menengah ke atas hanya 30% dari total,” kata Olivia.
Olivia mengungkapkan, pada penjualan Oktober dan November 2013 sempat terjadi penurunan penjualan. Dia menuturkan, pada saat itu proyek Metland Menteng yang terkena efeknya. Namun pada Desember 2013 dan Januari 2014 mulai recovery.
“Banyak yang menunda pembelian karena kaget adanya aturan tersebut. Menurut mereka sosialisasinya kurang,” tuturnya.
Adapun, Olivia menambahkan, tahun ini perseroan mencanangkan belanja modal Rp660 miliar demi mengejar target penjualan senilai Rp1,15 triliun pada tahun depan.
Rencananya target penjualan bakal ditopang dari sektor residensial senilai Rp750 miliar dan pendapatan berkelanjutan (recurring income) Rp400 miliar.
Dana belanja modal tersebut berasal dari kas internal dan carry over belanja modal tahun lalu yang tidak terserap.
Belanja modal tahun lalu Rp800 miliar, tetapi estimasi hingga akhir 2013 bakal terserap Rp630 miliar, maka sisanya akan menjadi carry over tahun depan.
Olivia merinci, dari dana belanja modal Rp660 miliar tersebut, sebesar Rp350 miliar dipakai untuk proyek yang akan dikembangkan, Rp205 miliar bakal digunakan untuk pembangunan infrastruktur, dan Rp105 miliar untuk akuisisi lahan.