Bisnis.com, JAKARTA—Target penjualan PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA) pada 2013 sebesar Rp4 triliun tidak tercapai karena kinerja pengembang properti yang dikenal dengan proyek township di Kelapa Gading, Jakarta Utara ini terhambat masalah perizinan lahan.
Johanes Mardjuki, Direktur Utama Summarecon Agung, mengatakan, hingga Desember 2013 pihaknya baru bisa mencapai nilai penjualan sekitar Rp3,3 triliun. Menurutnya, izin pembebebasan lahan di Kelapa Gading menjadi salah satu faktor penghambat.
“Masalah izin tersebut membuat proses pengerjaan proyek dan ekspansi kami menjadi molor dan penjualan terkendala,” ungkapnya kepada Bisnis, Senin (20/1/2014).
Sementara itu, mengenai target penjualan pada tahun ini, Johanes mengaku pihaknya bersikap konservatif dan memilih untuk menargetkan pertumbuhan yang flat, atau sama dengan tahun lalu, sebesar Rp4 triliun.
Lebih lanjut, terkait belanja modal (capital expenditure/capex) tahun lalu, Johanes mengungkapkan, dana sekitar Rp1,5 triliun sudah habis terserap. Adapun dana tersebut paling banyak untuk mengurus pembebasan lahan dan meneruskan beberapa proyek sebelumnya.
“Untuk tahun ini, dana belanja modal kami tidak jauh dari besaran 2013,” bebernya.
Dia menuturkan, dana belanja modal tersebut bakal berasal dari raupan obligasi dan sukuk ijarah senilai total Rp600 miliar yang Summarecon Agung terbitkan pada November 2013. Sementara itu, sisanya bakal berasal dari kas internal dan pinjaman bank.
“Mengenai dana dari pinjaman bank, besarannya sekitar Rp750 miliar. Sudah ada dua bank yang stand by,” tuturnya.
Sayangnya, Johanes enggan membeberkan bank mana saja yang sudah siap mengucurkan dana tersebut. Dirinya hanya mengatakan, dari dua bank tersebut, salah satunya adalah bank nasional, sedangkan yang satu lagi bank swasta.
Dari dana belanja modal tersebut, Johanes mengatakan, pihaknya bakal membangun proyek township di Bandung seluas 200 hektare. Adapun, proyek tersebut memiliki nilai investasi di atas Rp1 triliun.
“Namun itu proyek jangka panjang. Pengerjaannya bisa mencapai 10 tahun,” ucapnya.
Adapun selain fokus ke proyek township tersebut, Summarecon Agung juga terus menggenjot produk dengan pendapatan berkelanjutan (recurring income). Pada tahun ini perseroan bakal menyelesaikan pembangunan hotel Harris di Bekasi, Jawa Barat dan Pop! di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
“Investasi untuk kedua hotel tersebut memakan biaya sekitar Rp300 miliar,” kata Johanes
Dari sisi keinerja, hingga kuartal III 2013, Summarecon Agung mampu membukukan performa yang positif. Pendapatan diketahui naik 38,24% menjadi Rp3,04 triliun, dari Rp2,19 triliun pada kuartal III 2012.
Sementara itu, laba bersih perseroan diketahui melonjak 90,40% menjadi Rp879,87 miliar pada 9 bulan pertama tahun 2013 dari Rp462,10 miliar pada kuartal III 2012.