Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Surplus Neraca Perdagangan dan Inflasi Bisa Picu January Effect

Kendati sepanjang 2013 membukukan kinerja yang negatif, indeks harga saham gabungan awal tahun ini diproyeksi menanjak dalam jangka pendek karena sentimen positif terkait neraca perdagangan dan inflasi.nn
/jibi
/jibi

Bisnis.com, JAKARTA—Kendati sepanjang 2013 membukukan kinerja yang negatif, indeks harga saham gabungan awal tahun ini diproyeksi menanjak dalam jangka pendek karena sentimen positif terkait neraca perdagangan dan inflasi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan pada November 2013 tercatat surplus US$776,8 juta. Hal itu terjadi karana ekspor nasional pada November tercatat naik 1,45% menjadi US$15,93 miliar dari Oktober. Sementara impor pada periode yang sama turun 3,35% menjadi US$15,16 miliar

Namun sejatinya sejak perdagangan di buka pada awal tahun ini, indeks sudah menunjukkan penguatannya. Saat pembukaan, IHSG menguat 20,31 poin atau 0,47% ke level 4.294,49 dan terus melesat hingga ditutup di level 4.327,27 atau menanjak 1,24%.

David Sutyanto, Kepala Riset PT First Asia Capital mengatakan sentimen positif yang datang di awal tahun ini membuat IHSG bisa melanjutkan penguatannya. Beberapa di antaranya adalah surplus neraca perdagangan, besaran inflasi dan penguatan rupiah.

“Selain surplus neraca perdagangan, inflasi secara tahunan tercatat 8,38%. Jumlah itu di bawah target sebesar 8,5%,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (2/1/2013).

Di samping itu, menurut David, rupiah yang mulai menunjukkan penguatannya bisa menjadi sentimen tambahan agar January effect atau penguatan indeks musiman yang berlangsung di awal tahun bisa terjadi.

“Jika sentimen positif juga mendapat reaksi yang positif dari pelaku pasar, maka January effect bisa saja terjadi dan mendongkrak IHSG dalam jangka menengah,” ungkapnya.

Dia menambahkan untuk perdagangan hari besok, indeks bakal bergerak di kisaran 4.270 sampai 4.400. Adapun indeks diprediksi bakal menguat terbatas, melanjutkan penguatan kemarin.   

Sepanjang perdagangan kemarin, indeks bergerak pada kisaran 4.287,81 hingga 4.327,27. Dari 484 saham yang diperdagangkan, sebanyak 151 saham menguat, 98 saham melemah, dan 235 saham stagnan.

Tujuh dari sembilan sektor yang tercatat di Bursa Efek Indonesia menguat dipimpin penaikan sektor industri dasar dan kimia 2,25%. Adapun dua sektor lainnya melemah dengan pelemahan terbesar dialami sektor tambang 0,71%. Adapun indeks Bisnis27 ditutup naik 1,7% ke level 367,96.

Lebih lanjut, pemodal asing tercatat melakukan aksi beli bersih (nett buy) di pasar reguler sebesar Rp313 miliar. Sementara di pasar reguler dan negosiasi, secara akumulatif investor asing membukukan nett buy Rp319,07.

Sementara itu, Menteri Keuangan Chatib Basri melihat pertumbuhan indeks yang negatif sepanjang tahun lalu tidak terlalu signifikan. Adapun terkait pergerakan indeks menjelang pemilu, dirinya optimistis pasar masih bisa tumbuh.

“Indeks tidak jatuh signifikan tahun lalu, sebetulnya flat. Sementara terkait pemilu tahun ini, saya kira pelaku pasar sudah price in,” ujarnya dalam gelaran Pembukaan Perdagangan Perdana Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis (2/1/2013).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Giras Pasopati
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper