Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Baht Sentuh Titik Terendah 3 Tahun, Politik di Thailand Memanas

Baht Thailand jatuh ke titik terendah 3 tahun, sementara itu saham jatuh karena kekhawatiran kerusuhan politik yang berkepanjangan akan meredam investasi dan mengganggu perekonomian.

Bisnis.com, BANGKOK - Baht Thailand jatuh ke titik terendah 3 tahun, sementara itu saham jatuh karena kekhawatiran kerusuhan politik yang berkepanjangan akan meredam investasi dan mengganggu perekonomian.

Lebih dari 1.000 pengunjuk rasa anti - pemerintah telah mengepung rumah Perdana Menteri Yingluck Shinawatra di Bangkok, setelah ia mengkritik rencana oposisi Partai Demokrat untuk memboikot pemilu 2 Februari.

Suthep Thaugsuban, yang memimpin para demonstran, telah bersumpah untuk menggagalkan jajak pendapat, yang diumumkan setelah Yingluck membubarkan parlemen pada 9 Desember di tengah protes massa.

Mata uang Thailand telah melemah 4,9% dalam 2 bulan terakhir seiring dengan indeks saham utama turun 9,1%.

"Investor tidak membeli baht Thailand jika situasi politik ini terus berlanjut," kata Kozo Hasegawa, pedagang valuta asing di Sumitomo Mitsui Banking Corp di Bangkok. Baht mungkin secara bertahap melemah terhadap 32,9 per dolar akibat konflik politik yang mengancam perekonomian, katanya.

Baht terdepresiasi 0,4% hari ini ke level 32,748 per dolar pada pukul 12:05 di Bangkok, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg. Mata uang itu menyentuh 32,773 sebelumnya, level terlemah sejak 7 Juni 2010.

SET Index Thailand (SET) saham turun 1,4%, menuju penurunan terbesar sejak 21 November, ke level 1.323,60. Indeks itu kehilangan 3% dalam 2 minggu terakhir. Penurunan hari ini di saham-saham lokal dipimpin oleh perusahaan keuangan, termasuk Bank of Ayudhya PCL, yang turun 9,7%.

Sekretaris Jenderal Komisi Pemilihan Thailand Puchong Nutrawong mengatakan boikot 21 Desember tidak akan mempengaruhi suara. Perekonomian terbesar kedua di Asia Tenggara tumbuh 2,7% pada kuartal ketiga, setidaknya dalam lebih dari 1 tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fatkhul-nonaktif
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper