Bisnis.com, JAKARTA - PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) mempertimbangkan untuk merilis obligasi berkelanjutan I tahap II pada tahun depan untuk mendukung pengembangan usaha operator jalan tol pelat merah itu.
Sebelumnya, Jasa Marga baru menerbitkan obligasi berkelanjutan I tahap I 2013 seri S senilai Rp2,1 triliun dari rencana penawaran umum berkelanjutan (PUB) Rp5,3 triliun, pada September lalu.
Dengan demikian, Jasa Marga masih memiliki peluang untuk menerbitkan obligasi lagi senilai Rp3,2 triliun.
Bahkan, obligasi itu mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga Rp4 triliun atau hampir dua kali dari nilai yang ditawarkan.
Direktur Keuangan Jasa Marga Reynaldi Hermansjah menuturkan meski meraih oversubscribed beberapa waktu lalu, perseroan tidak akan tergoda untuk langsung menerbitkan obligasi tahap II melihat kondisi tersebut.
Saat ini, Jasa Marga tengah memantau kondisi pasar obligasi korporasi yang dinilai masih kurang bagus. Tren itu diprediksi akan terus berlanjut hingga awal tahun depan.
“Ini bukan masalah kami meraih oversubscribed kemarin. Bila pasarnya sudah stabil dan kuponnya mulai beranjak turun, baru akan kami eksekusi,” katanya seperti diberitakan Bisnis Indonesia, Senin (23/12/2013).
Sambil menunggu kondisi pasar obligasi membaik, rencana penerbitan obligasi itu akan disesuaikan pula dengan kebutuhan investasi tahun depan, terutama pengerjaan proyek ruas jalan tol.
Jasa Marga mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp5,5 triliun untuk pengembangan bisnis tahun depan.
Dari belanja modal itu, perseroan mengalokasikan dana sekitar Rp3 triliun untuk penyelesaian lima ruas tol baru sepanjang 47,3 km.
Ke-5 ruas tol baru tersebut adalah Jakarta Ring Road (JORR) W2 Utara Ruas Kebon Jeruk-Ulujami, Bogor Ring Road (BORR) Ruas Kedunghalang-Kedungbadak, Semarang-Solo Ruas Ungaran-Bawen, Gempol-Pandaan, dan Gempol-Pasuruan Ruad Gempol-Rembang.
Dia memastikan obligasi yang direncanakan itu belum akan diterbitkan semester I tahun depan karena arus kas (cash flow) perseroan dinilai masih cukup kuat untuk membiayai sejumlah ekspansi.
“Setelah itu, semoga pasar obligasi menunjukkan tren membaik dan baru akan kami eksekusi,” katanya.