Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Terdepresiasi, Emiten Farmasi Hentikan Impor Bahan Baku

Untuk menyiasati dampak depresiasi rupiah, emiten farmasi menghentikan impor bahan baku untuk sementara dan mengandalkan stok bahan baku yang ada.

Bisnis.com, JAKARTA - Untuk menyiasati dampak depresiasi rupiah, emiten farmasi menghentikan impor bahan baku untuk sementara dan mengandalkan stok bahan baku yang ada.

Namun, kenaikan harga pada tahun depan tidak dapat dihindari jika pelemahan rupiah terus berlanjut.

Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) Vidjongtius mengatakan perseroan akan melakukan tindakan reaktif pada awal tahun depan jika rupiah terus melemah.

“Terkait dengan kondisi rupiah, saat ini belum ada tindakan reaktif [dari Kalbe] karena kami masih monitor. Ini juga sudah menjelang akhir tahun. Maka dari itu, awal tahun depan baru akan kami review lagi,” ujarnya, seperti dikutip Harian Bisnis Indonesia, Senin (9/12/2013).

Menurutnya, menaikkan harga jual produk merupakan pilihan terakhir bagi perseroan. “Perlu diingat, menaikkan harga jual merupakan pilihan terakhir. Itu hanya dilakukan untuk menjaga margin biaya operasional yang sedikit membengkak.”

Perusahaan yang didirikan keluarga Boenjamin Setiawan itu selalu memiliki persediaan bahan baku untuk kebutuhan 3 bulan hingga 4 bulan, begitu juga kas dalam dollar AS. “Jadi, kami masih punya waktu untuk mengevaluasi hingga akhir tahun atau awal tahun depan.”

Perseroan telah mempersiapkan beberapa langkah untuk mengantisipasi anjloknya nilai tukar rupiah lebih dalam, misalnya menyiasati sumber bahan baku, efisiensi internal, dan memproduksi produk yang variatif.

Kendati rupiah terus berfluktuasi, Kalbe belum merevisi target kinerja keuangan tahun ini. Perseroan menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 18% menjadi Rp16 triliun pada tahun ini, dengan laba bersih juga diharapkan naik 18% menjadi Rp2,01 triliun.

//Berhitung Ulang//

Dihubungi dalam kesempatan terpisah, Direktur Keuangan PT Indofarma Tbk. (INAF) John Sebayang mengatakan perseroan harus menghitung ulang harga jual, kebutuhan produksi, dan target margin yang ingin dicapai, di tengah anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

Selengkapnya baca di Harian Bisnis Indonesia edisi Senin (9/12/2013).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Herdiyan
Editor : Nurbaiti
Sumber : Bisnis Indonesia (9/12/2013)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper