Bisnis.com, JAKARTA - Harga gula mengalami penurunan terlama dalam kurun lebih dari 15 bulan akibat hasil panen di kawasan Asia membanjiri pasokan global yang sudah melimpah yang diprediksi oleh pemerintah AS akan menaikkan jumlah stok ke level tertinggi.
Harga gula di New York mengalami penurunan selama sembilan sesi perdagangan atau yang terlama sejak Agustus 2012. Produksi di Thailand, eksportir gula terbesar kedua dunia, diperkirakan naik 10% pada musim ini, menurut Dewan Gula dan Tebu AS.
Sementara itu, produksi gula di India, produsen kedua terbesar dunia, tidak akan berkurang akibat penundaan proses produksi, menurut laporan Federasi Nasional Koperasi Pabrik Gula.
Stok gula global akan naik 0,5% ke level tertinggi sebesar 43,379 juta ton selama periode pemasaran yang berakhir pada 2014, menurut Departemen Pertanian AS pada 21 November. Harga komoditas itu menuju penurunan per tahun untuk ketiga kalinya secara berturut-turut atau yang terlama dalam 21 tahun.
“Produksi Thailand akan lebih baik dan produksi India akan meningkat,” ujar Sterling Smith, seorang ahli perdagangan komoditas berjangka pada Citigroup Inc. di Chicago sebagaimana dikutip Bloomberg, Selasa (3/12/2013). Pendek kata, ujarnya, kami memiliki kelebihan gula.
Harga gula mentah untuk pengiriman Maret turun 1% menjadi 16,97 sen per pound pada pukul 14.00 waktu New York atau pukul 01.00 WIB. Sebelumnya harga komoditas itu sempat menyentuh 16,92 sen atau yang terendah bagi kontrak paling aktif itu sejak 9 September lalu.