Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah, Berkah Bagi Produsen IT Lokal

Pelemahan rupiah yang terjadi saat ini dinilai memberikan berkah bagi produsen produk IT lokal untuk meningkatkan produksinya.

Bisnis.com, JAKARTA- Pelemahan rupiah yang terjadi saat ini dinilai memberikan berkah bagi produsen produk IT lokal untuk meningkatkan produksinya.

Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi mengatakan produsen eksportir/prinsipal di Indonesia yang memproduksi produk IT seperti telepon genggam dan komputer memang akan terkena dampak yang cukup signifikan. Pasalnya, impor produk jadi dan komponen IT masih sangat tinggi.

Hal ini membuat produsen eksportir di Indonesia akan menahan kerugian dalam kurun waktu 3 bulan-4 bulan. Bahkan, kerugian bisa terjadi selama 6 bulan pada perusahaan yang memiliki cash flow rendah. Meski begitu, pihaknya berharap di tengah jalan akan ada penyesuaian nilai tukar rupiah.

Kerugian itu tergantung kuatnya cash flow masing-masing perusahaan. Sebenarnya, dibandingkan dengan telepon genggam, komputer lebih terasa, karena chip masih harga dolar,” kata Budi ketika ditemui di Bandung, Jumat (29/11/2013).

Dengan keadaan seperti ini, biasanya daya beli masyarakat akan tertahan dan menunggu rupiah bisa normal kembali. Mengenai dampak pelemahan rupiah pada harga, Budi mengaku tidak bisa memprediksinya. “Untuk kenaikan harga belum akan naik sekarang, terutama untuk produk yang banyak menggunakan komponen lokal,” jelasnya.

Namun di sisi lain, lanjut Budi, kondisi ini memberikan berkah bagi produsen komponen dan produk jadi IT lokal. Menurutnya, saat ini merupakan kesempatan produksi dalam negeri, khusus IT meningkat tajam.

Coba bayangkan, kalau yang produksi dalam negeri kan tidak tergantung pada dolar, gaji pekerja tidak terpengaruh dengan dolar naik, lumayan kan. Kemudian, kan ada komponen dalam negeri, harganya tidak naik, berbeda dengan produk yang impor, akan ikut naik, maka dari itu sekarang waktunya menggenjot produksi dalam negeri.”

Untuk produk komputer merk dalam negeri seperti Axioo dan Zyrex sudah bisa diproduksi secara masal dan digenjot produksinya. Namun untuk telepon genggam atau tablet, belum bisa diproduksi secara masal lantaran baru dimulai. “Tetapi untuk Cross, itu penjualannya bisa 1 juta per bulan, melebihi Samsung yang 800.000 per bulan.”

Adapun pemerintah tengah memulai industri telepon genggam dan tablet di dalam negeri. Misalnya, pada Oktober lalu, perusahaan pembuat komputer dan perangkatnya elektronik, Axioo meresmikan pabrik HP dan tablet di Cakung dan Sunter. Adapun investasinya sekitar US$10 juta-US$15 juta. Kapasitas produksi HP dan Tablet merk Axioo (PT Tera Data) 750.000 unit/tahun.

Langkah Axioo ini merupakan titik tolak industri elektronika Indonesia dalam membuat smartphone. Sebelumnya Cross juga membangun pabrik di Indonesia. Tahun depan, perusahaan elektronika lain, Polytron dan Ti-Phone juga akan masuk ke Indonesia dengan produksi smartphone.Menurutnya, saat ini Ti-Phone sedang menyiapkan untuk pembangunan assembly di Jakarta. Nantinya, fasilitas assembly tersebut bisa digunakan untuk merk lain.

Tekan Produk Impor Jadi

Budi mengatakan, kondisi ini juga bisa dijadikan momen yang tepat untuk menekan impor produk jadi IT. “Di sisi lain menggenjot produksi dalam negeri, sisi lain menekan impor produk jadi,” tambahnya.

Budi mencontohkan, saat ini impor telepon genggam mencapai angka 70 juta unit. Untuk tahun depan, lanjutnya, masih sulit menekan impor. Sedangkan untuk produk komputer dan komputer jinjing, penekanan impor bisa dimulai tahun depan. “Untuk telepon genggam, 3 tahun lagi mungkin bisa ditekan dengan adanya produksi dalam negeri. Target kami itu akan buat yang middle sampai yang low.

Pada sisi lain, kinerja industri elektronik dalam negeri cukup baik. Menurut Budi, ekspor elektronik dalam negeri terus meningkat. Tahun ini, ekspor elektronik ditargetkan mencapai US$7,5 miliar dan khusus untuk IT US$3,5 miliar. “Setiap tahun naik, tahun depan pertumbuhannya bisa 10%,” tambah Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper