Bisnis.com, JAKARTA - Emisi obligasi korporasi pada tahun depan diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pada tahun ini dan 2012 karena arah kebijakan ekonomi nasional yang belum jelas menjelang pemilu.
Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total penerbitan surat utang korporasi hingga akhir Oktober mencapai Rp47,02 triliun, atau baru 71% dari total emisi pada tahun lalu Rp65,66 triliun.
Herdi Ranu Wibowo, Head of Debt Capital Market PT BCA Sekuritas, menuturkan ada banyak faktor yang akan menjadi pertimbangan bagi perusahaan untuk menerbitkan surat utang pada tahun politik 2014.
“Saya memproyeksikan [penerbitan obligasi korporasi] tahun depan mungkinsedikit menurun dibandingkan dengan tahun ini dan tahun lalu,” katanya, seperti dilaporkan harian Bisnis Indonesia, Jumat (8/11/2013).
Dia menjelaskan faktor utama yang menyebabkan banyak perusahaan mempertimbangkan untuk menerbitkan atau menunda emisi adalah belum adanya gambaran arah kebijakan ekonomi Indonesia dengan pergantian presiden baru pada tahun depan.
Menurutnya, perusahaan yang membutuhkan dana untuk ekspansi atau restrukturisasi utang yang jatuh tempo melalui penerbitan obligasi akan berupaya untuk merealisasikannya pada kuartal pertama tahun depan.
“Mungkin akan banyak yang mengejar penerbitan pada kuartal I/2014, atau sebelum pemilu presiden,” paparnya.
Senada, analis PT Maybank Kim Eng Securities Dini Agmivia memperkirakan per usahaan yang benar-benar membutuhkan dana melalui penerbitan obligasi akan melakukannya pada awal tahun depan yakni pada Januari dan Februari.
Sebagian besar perusahaan kemungkinan akan merasa nyaman menerbitkan obligasi pada semester II/2014 atau setelah p emilu presiden yang akan dilaksanakan pada 9 Juli 2014.
“Selain itu, inflasi juga sepertinya sudah kembali normal pada Juli,” katanya.
Selain faktor pemilu, isu kelanjutan stimulus moneter Amerika Serikat juga patut diperhatikan dalam penerbitan obligasi korporasi tahun depan, karena hingga saat ini belum ada kejelasan kebijakan apa yang akan diambil bank sentral AS.
Selengkapnya baca di harian Bisnis Indonesia edisi Jumat (8/11/2013) atau di http://epaper.bisnis.com/index.php/ePreview?IdCateg=20131108141