Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah West Texas Intermediate naik dari level terendah selama empat bulan, karena saham Wallstreet menghijau menyusul laporan keuangan korporasi dan data manufaktur China.
Harga minyak WTI berjangka naik 0,3% dan indeks Standard & Poor 500 mendekati rekor setelah indeks sektor manufaktur China naik lebih dari perkiraan bulan ini.
Sementara itu, produksi pabrik AS tumbuh pada kecepatan yang lebih lambat dari yang diperkirakan .
Sebelumnya, WTI jatuh sebanyak 0,9% menyusul data pemerintah AS yang menunjukkan pasokan minyak mentah Negeri Paman Sam itu naik 6,8% menjadi 379,8 juta barel dalam lima minggu yang berakhir 18 Oktober.
"Kita [harga minyak WTI] telah turun mendekati level terendah empat bulan dan tidak ada tindak lanjut, yang menunjukkan bahwa US$16 bergerak turun selama dua bulan terakhir," ujar Gene McGillian , analis dan broker di Tradition Energy di Stamford , Connecticut.
Menurutnya, persediaan minyak telah naik hampir 25 juta barel dalam lima minggu terakhir , yang menyebabkan harga lebih rendah. Beberapa kekhawatiran ekonomi yang juga memberi tekanan terhadap harga, katanya, telah hilang.
Harga minyak WTI untuk pengiriman Desember naik 25 sen menjadi menetap di US$97,11 per barel di New York Mercantile Exchange.
Kontrak tersebut menyentuh US$95,95 per barel, level terendah sejak 27 Juni. Harga telah jatuh sejak harga WTI mencapai US$112,24 per barel selama perdagangan pada 28 Agustus.
Sementara itu, harga minyak Brent untuk pengiriman Desember turun 81 sen atau 0,8%, untuk mengakhiri sesi di US$106,99 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Ini adalah penutupan terendah sejak 8 Agustus.