Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat setelah pertumbuhan ekonomi China mengalami percepatan dan spekulasi Amerika Serikat akan mempertahankan stimulus ekonomi.
Kontrak naik dari level terendah dalam tiga bulan setelah produk domestik bruto China melaju 7,8% selama periode Juli-September dibandingkan tahun sebelumnya sehingga menahan pelemahan selama dua triwulan. Presiden bank sentral Chicago, Charles Evans mengatakan bahwa AS tidak akan membatasi stimulus setelah 16 hari penutupan layanan pemerintahan .
“Pasar mendapat dukungan dari data ekonomi China dan harapan bahwa bank sentral AS akan menunda pengurangan pembelian aset setelah terjadi perdebatan soal anggaran akhir-akhir ini,” ujar Addison Armstrong, direktur riset pemasaran Tradition Energy di Connecticut sebagaimana dikutip Bloomberg, Senin (21/10/2013).
WTI untuk pengiriman November naik 14 sen menjadi US$100,81 per barel di bursa New York Mercantile Exchange. Sementara itu Kontrak komoditas itu turun 1,6% menjadi US$100,67 sekaligus merupakan penutupan harga terendah sejak 2 Juli. Harga minyak mentah turun 1,2% pekan ini, sedangkan volume seluruh kontrak tercatat 16% di bawah rata-rata 100 hari pada pukul 15.51 waktu setempat atau pukul 02.51 WIB.
Brent untuk pembayaran Desember naik 83 sen atau 0,8% menjadi US$$109,94 per barel di bursa ICE Futures Europe, London. Volume kontrak tercatat 26% di bawah rata-rata 100 hari, sedangkan selisih harga minyak mentah acuian Eropa itu terhadap WTI mencapai US$8,83 pada bulan yang sama.