Bisnis.com, JAKARTA - Batu bara diperkirakan menjadi bahan bakar utama ekonomi global pada 2020, melampaui minyak, meski pemerintah berusaha mengurangi emisi karbon.
Perusahaan konsultan energi Wood Mackenzie menyatakan bangkitnya permintaan di China dan India akan mendorong batu bara, karena dua negara tersebut butuh bahan bakar murah untuk membangkitkan ekonomi mereka.
Sementara itu, permintaan batu bara di Amerika Serikat, Eropa, dan beberapa negara di Asia akan tetap stabil.
Konsumsi batu bara global diperkirakan meningkat sebesar 25% di akhir dekade nanti menjadi 4.500 juta ton, menyalip minyak yang sebanyak 4.400 juta ton.
"Permintaan China atas batu bara akan mendorong pertumbuhan batu bara sebagai bahan bakar global yang dominan. Permintaan batu bara akan berlimpah dan terjangkau," kata William Durbin, presiden pasar global di Woodmac, dikutip Reuters, Selasa (15/10/2013).
China diperkirakan mampu mendorong 2/3 pertumbuhan penggunaan batu bara global pada dekade ini. Woodmac menyatakan setengah dari kapasitas pembangkit listrik China yang dibangun antara 2012 dan 2020 akan berbahan bakar batu bara.
China tidak memiliki alternatif selain batubara, dengan produksi gas dalam negerinya yang terbatas dan impor gas alam cair (LNG) yang lebih mahal daripada batubara.
"Energi terbarukan tidak bisa menyediakan basis listrik. Hal ini membuat batubara menjadi sumber energi utama," kata Durbin.
Penyedia infrastruktur energi Alstom memperkirakan di kawasan Asia hampir setengah dari 600 gigawatt pembangkit listrik baru dibangun selama 5 tahun mendatang akan berbahan bakar batubara. Harga batubara rendah, sekitar sepertiga dari harga LNG di Asia dan sekitar setengah dari harga gas di Eropa.
Dickson mengatakan melimpahnya pasokan juga menyokong permintaan batubara. Volume perdagangan batubara akan meningkat 20% pada 2020, termasuk pasokan batubara kelas rendah dari Indonesia, Australia, dan Afrika Selatan.
"Ketika batubara kelas rendah hadir di pasar, tekanan berikutnya terhadap harga akan mendorong permintaan," kata Dickson.
Kelebihan pasokan dan goyahnya pertumbuhan permintaan telah menekan harga batubara global pada tahun ini. Batubara kontrak berjangka Eropa telah anjlok lebih dari 20%. Sedangkan, harga batubara Australia telah anlok dari US$130 per ton pada 2011 menjadi sekira US$80 per ton karena pertumbuhan permintaan China melambat dari perkiraan.
Biaya impor bahan bakar yang tinggi dan isu-isu nuklir akan mendorong penggunaan batubara di seluruh Asia Timur Laut. Sementara, batubara di Amerika Utara masih kompetitif di banyak lokasi meski shale gas biaya rendah berlimpah.
Di Asia Tenggara, batubara akan menjadi pemenang terbesar di kawasan itu. International Energy Agenct menyatakan batubara akan menghasilkan hampir setengah dari listrik di Asia Tenggara hingga 2035, naik dari 1/3 pada saat ini.