Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Jatuh, Brent Nort Sea Bertengger di US$108,18

Bisnis.com, LONDON -  Harga minyak jatuh pada Senin (22/9/2013), karena para pedagang mengalihkan fokus mereka dari data manufaktur positif terakhir dari China menjadi berkonsentrasi pada prospek kebijakan stimulus ekonomi Amerika Serikat. China

Bisnis.com, LONDON -  Harga minyak jatuh pada Senin (22/9/2013), karena para pedagang mengalihkan fokus mereka dari data manufaktur positif terakhir dari China menjadi berkonsentrasi pada prospek kebijakan stimulus ekonomi Amerika Serikat.

China adalah konsumen energi terbesar dunia, sementara Amerika Serikat pengguna minyak mentah paling banyak dibandingkan negara manapun.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November, turun US$1,04  menjadi  US$108,18  per barel pada akhir transaksi di London.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan November, turun 91 sen menjadi US$103,84  per barel.

Mencerminkan pola pada pasar ekuitas, minyak turun karena perhatian beralih ke kebijakan moneter AS. The Federal Reserve atau bank sentral AS pekan lalu mengejutkan pasar dengan menyetujui untuk mempertahankan program pembelian obligasi yang bertujuan merangsang ekonomi terbesar di dunia itu.

"Perekonomian masih membutuhkan dukungan dari kebijakan moneter yang sangat akomodatif," kata Ketua Federal Reserve New York William Dudley dalam sebuah pidato pada Senin.

"Kami belum melihat kenaikan yang berarti dalam kemajuan momentum ekonomi," kata Dudley.

Sebelum Fed mengurangi stimulusnya, program pembelian obligasi 85 miliar dolar AS per bulan, "Saya lebih ingin melihat berita ekonomi yang membuat saya lebih percaya diri bahwa kita akan melihat perbaikan berkelanjutan di pasar tenaga kerja. Lalu saya akan merasa nyaman bahwa waktunya telah tiba untuk memotong laju pembelian aset," tambahnya.

Pada Senin pagi, raksasa perbankan global HSBC mengatakan bahwa indeks pembelian manajer (PMI) pendahuluan untuk aktivitas manufaktur di China mencapai 51,2 pada September, tertinggi sejak Maret ketika indeks berada pada 51,6.

Itu lebih tinggi dari angka akhir bulan lalu 50,1, yang meningkat dari terendah 11-bulan pada 47,7 pada Juli dan mengakhiri kontraksi tiga bulan, menurut bank.

Angka PMI di atas 50 menunjukkan pertumbuhan, sementara apa pun di bawah itu mengindikasikan kontraksi.

"Ada sentimen positif tentang permintaan minyak mentah di China, khususnya karena pemerintah China memberikan dukungan di pasar uang dan memungkinkan perusahaan-perusahaan untuk menambah kecepatan mereka," Kenny Kan, analis pasar di CMC Markets mengatakan kepada AFP.

Pihak berwenang China, tulis AFP yang dikutip Antara  sejauh ini enggan untuk memperkenalkan langkah-langkah stimulus skala besar, tetapi pada akhir Juli memang mengumumkan beberapa langkah untuk mendorong pertumbuhan, seperti mengurangi pajak atas perusahaan-perusahaan kecil dan mendorong pembangunan perkeretaapian.

Investor juga terus memantau erat perkembangan di Suriah, setelah Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Minggu menuduh Washington memfitnah Moskow atas resolusi keras PBB terhadap negara yang dilanda perang itu.

Washington dan Moskow pada bulan ini menyetujui kesepakatan untuk melucuti senjata kimia Suriah dan mencegah serangan militer Barat terhadap negara itu.

"Komentar Lavrov menyatakan kemungkin masih ada kemacetan dalam memecahkan masalah Suriah di tingkat PBB," kata Kan.

Investor khawatir bahwa setiap serangan militer penghukuman terhadap Suriah untuk penggunaannya senjata kimia pada rakyatnya sendiri dapat menggoyahkan Timur Tengah yang kaya minyak mentah dan menyebabkan harga minyak melonjak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper