Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Turun Lagi, Setelah AS Urungkan Serangan ke Suriah

Bisnis.com, SINGAPURA - Harga minyak turun lagi di perdagangan Asia Rabu (11/9/2013), setelah Presiden AS Barack Obama meminta Kongres untuk menunda pemungutan suara di tengah rencana aksi militer AS atas Suriah, kata para analis.

Bisnis.com, SINGAPURA - Harga minyak turun lagi di perdagangan Asia Rabu (11/9/2013), setelah Presiden AS Barack Obama meminta Kongres untuk menunda pemungutan suara di tengah rencana aksi militer AS atas Suriah, kata para analis.

Kontrak utama New York, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober turun 55 sen menjadi US$106,84 per barel, sementara itu minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Oktober turun 7 sen ke posisi US$111,18.

Dalam pidato nasionalnya dari Gedung Putih Selasa, Obama mengatakan menunda keputusan tentang intervensi militer diperlukan untuk memberikan kesempatan kepada rencana Rusia untuk menetralisir senjata kimia sekutunya itu.

"Karena itu saya meminta para pemimpin Kongres untuk menunda pemungutan suara untuk otorisasi penggunaan kekuatan, sementara kita menggunakan jalur diplomatik," kata Obama, dengan mencatat bahwa Menteri Luar Negeri John Kerry akan menuju ke Jenewa untuk bertemu rekannya dari Rusia pada Kamis (12/9/2013).

Namun dia memperingatkan bahwa terlalu dini untuk mengatakan apakah rencana Rusia akan berjalan dan mengatakan rudal perusak akan tetap ditempatkan di Mediterania, siap untuk menyerang rezim Assad.

WTI ditutup US$2,13 lebih rendah di New York menjelang pidato nasional karena Suriah berjanji untuk menyerahkan senjata kimia, sementara Brent mengalami penurunan US$2,47.

Janji Suriah "meredakan kekhawatiran bahwa konflik akan meningkat dan mengganggu pengiriman minyak dari Timur Tengah ," kata kelompok perbankan Malaysia CIMB Group.

Analis mengatakan investor juga akan mengamati data cadangan minyak mentah AS terbaru yang dijadwalkan dirilis pada Rabu ini sebagai petunjuk seputar permintaan di konsumen minyak terbesar dunia tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fatkhul-nonaktif
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Newswire

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper