Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Berau Coal Energy Bakal Terus Merugi?

Bisnis.com, JAKARTA - PT Berau Coal Energy (BRAU), emiten batubara, diprediksi tetap merugi pada kuartal III tahun ini seiring tertekannya harga batu bara. Pada semester I/2012 perusahaan mendulang rugi US$42,5 juta, turun 55,82% dari rugi pada

Bisnis.com, JAKARTA - PT Berau Coal Energy (BRAU), emiten batubara, diprediksi tetap merugi pada kuartal III tahun ini seiring tertekannya harga batu bara. Pada semester I/2012 perusahaan mendulang rugi US$42,5 juta, turun 55,82% dari rugi pada semester I tahun lalu yang sebesar US$96,19 juta.

Penyebabnya, beban pokok penjualan pada paruh pertama tahun ini habis US$535,02 juta. Nilai tersebut meningkat 6,34% dari semester I/2012 yang sebesar US$503,12 juta. Belum lagi ditambah penjualan batubara pada semester I tahun ini turun 6,27% menjadi US$722,11 juta dari perolehan pada semester I/2012 yang sebesar US$770,45 juta.

Kiswoyo Adi Joe, Analis dari PT Investa Saran Mandiri, memprediksi rugi bersih emiten tambang batubara pada kuartal III nanti sedikit menurun. Sebab, harga batubara pada kuartal II dan kuartal IIII sudah stabil, meski masih di bawah harga sebelumnya.

Menurut Kiswoyo, emiten-emiten tambang yang mengantongi kontrak jangka pendek, semisal cuma 1 tahun, akan terkena dampak yang lebih berat ketimbang emiten dengan kontrak jangka panjang.

"Dengan catatan, harga kontrak jangka panjang itu sudah dikunci sejak awal sehingga tidak mengikuti harga kini," kata Kiswoyo saat dihubungi Bisnis, Rabu (11/9/2013).

Dia menyarankan para emiten batubara lebih mengefisiensikan operasionalnya agar margin laba tetap terjaga atau tidak tergerus rugi. Bila perlu merevisi target produksi. Sebab, prediksi Kiswoyo, harga batubara bakal terus menanjak hingga penghujung tahun ini sebagai dampak dari berkurangnya permintaan dan membanjirnya penawaran.

Pasar batu bara pun semakin menyusut setelah China membatasi impor batubara seiring melemahnya pertumbuhan pembangkit listrik berbahan bakar batubara di negara itu. India pun ikut membatasi impor batubara lantaran rupee melemah.

Serupa, Lembaga pemeringkat Moody's Investor Service memperkirakan penawaran batu bara akan terus melampaui permintaan hingga 2014. Dampaknya, akan menekan harga batu bara termal. Perkiraannya, EBITDA BRAU pada 2013 sebesar US$9,5-10 per ton. Posisi likuiditas perusahaan dinilai masih kuat, tanpa ada utang jatuh tempo hingga 2015.

Lembaga pemeringkat Moody's Investor Service menurunkan prospek peringkat utang PT Berau Coal Energy Tbk. (BRAU) dari stabil menjadi negatif. Moody's mengubah peringkat B1 BRAU. Penurunan peringkat termasuk surat utang yang diterbitkan BRAU dan Berau Capital Resources Pte Ltd.

"Perubahan prospek tersebut menggambarkan ekspektasi kami bahwa kredit BRAU akan berada di bawah tekanan karena melemahnya harga batu bara termal. Harga tidak mungkin pulih secara signifikan selama 12 sampai 18 bulan mendatang," kata Simon Wong, Vice President and Senior Credit Officer Moody's dalam siaran pers yang diterima Bisnis, akhir pekan lalu.

Harga batu bara termal telah jatuh lebih dari 15% sejak awal tahun ini saat para produsen meningkatkan volume produksi untuk memaksimalkan aliran dana operasional. Moody's telah merevisi penurunan proyeksi harga patokan batu bara thermal Newcastle pada 2013 menjadi US$80-85 per ton dari US$90-95 per ton.

Eko Santoso Budianto, Direktur Utama Berau Coal Energy, mengatakan kini dan beberapa waktu ke depan akan menjadi tahun penuh tantangan bagi industri pertambangan batu bara pada umumnya di Indonesia. Permintaan melemah dan harga berada di level yang rendah. Prediksinya, akan terjadi industrial shake down dan para produsen yang tidak efisien akan berguguran.

"Namun, akhirnya akan terjadi ekuilibrium harga yang baru. Cuma berapa lama sampai itu tercapai dan apakah kami bisa tetap eksis saat ekuilibrium terjadi akan sangat bergantung pada operasional yang efisien dan produktif," kata Eko dalam pesan singkatnya kepada Bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper