Bisnis.com, JAKARTA—Kinerja perusahaan publik sektor keramik diprediksi akan tertekan di semester II tahun ini karena ditopang menurunnya permintaan properti akibat tingginya suku bunga acuan Bank Indonesia.
Kondisi tersebut berbeda jauh dibandingkan dengan kondisi semester I lalu saat BI rate masih relatif terjangkau. Produsen keramik mencetak rerata pertumbuhan laba bersih sebesar 135% menjadi Rp79,41 miliar sepanjang paruh pertama tahun ini.
Managing Partner PT Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe menuturkan penaikan BI rate berpengaruh besar terhadap permintaan properti, baik perumahan, apartemen, ataupun perkantoran.
Sebagaimana diketahui, industri keramik berjalan seiring dengan naik-turunnya permintaan industri properti.
“Pemerintah diharapkan menurunkan BI rate bulan depan. Dengan begitu, industri keramik tidak terlalu kena imbas penurunan permintaan properti,” katanya kepada Bisnis, Selasa (3/9/2013) malam.
Meskipun demikian, dia optimistis industri keramik masih memiliki celah untuk mempertahankan pertumbuhannya di sisa tahun ini, misalnya menggarap pasar di luar Jawa.
Selain itu, pelaku industri keramik juga diminta tidak memfokuskan pada pasar properti baru, tetapi memaksimalkan pasar rumah lama yang membutuhkan renovasi.
Di paruh kedua tahun ini, sejumlah industri keramik menggenjot kapasitas produksi guna mengantisipasi terjadinya peningkatan permintaan.
Produsen keramik PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA) mengoperasikan pabrik baru yang berlokasi di Palembang, Sumatra Selatan, akhir Juli lalu.