Bisnis.com, NEW YORK - Harga minyak dunia terangkat lebih tinggi pada Kamis atau Jumat (23/8/2013) pagi WIB, dibantu oleh data ekonomi menggembirakan dari China dan zona Euro.
Dimulai kembalinya sebagian pengiriman minyak Libya setelah aksi protes berminggu-minggu gagal menghambat kenaikan lebih tinggi, sebagian karena pemogokan masih terus memblokade terminal-terminal ekspor lainnya.
Minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange untuk pengiriman Oktober, naik US$1,18 menjadi ditutup pada US$105,03 per barel.
Di London, minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober bertambah sembilan sen menjadi menetap di US$109,90 per barel.
Permintaan dibantu oleh lonjakan survei PMI (indeks pembelian manajer) zona euro oleh Markit untuk Agustus, yang menunjukkan kegiatan usaha telah meningkat tajam ke tingkat tertinggi 26-bulan.
"Kemajuan ini dipimpin oleh Jerman, di mana pertumbuhannya kian cepat lagi pada Agustus, secara bergantian didorong oleh meningkatnya permintaan domestik dan ekspor," kata kepala ekonom Markit Chris Williamson kepada AFP yang dikutip Antara.
"Sejauh ini, kuartal ketiga sedang maju menjadi yang terbaik ... sejak musim semi 2011," kata Williamson, memperingatkan bahwa blok itu belum sepenuhnya jelas.
Sementara PMI HSBC untuk sektor manufaktur China melonjak menjadi 50,1 pada Agustus, naik dari terendah 11-bulan pada Juli yaitu 47,7, mengurangi kekhawatiran bahwa perekonomian China sedang mengalami perlambatan.
"Data itu mengumpan harapan yang lebih umum bahwa pertumbuhan ekonomi akan meningkat selama paruh kedua tahun 2013 dan 2014," kata Timothy Evans dari Citi Futures.
Pasokan berita positif gagal berdampak banyak. National Oil Company (NOC) Libya mengumumkan dimulainya kembali ekspor dari terminal Brega di timur.
Tetapi terminal-terminal Zueitina, Ras Lanuf, dan Al-Sedra tetap diblokade oleh penjaga keamanan yang sedang melakukan pemogokan dalam sengketa dugaan korupsi penjualan minyak.
Perusahaan milik negara NOC menyatakan "force majeure" pada semua terminal utama di timur pada Rabu, yang merupakan sebuah pukulan besar bagi industri yang menyumbang hampir semua pendapatan devisa negara Afrika Utara itu.
Force majeure membebaskan NOC dari tanggung jawabnya dalam kasus pelanggaran kontrak untuk memasok minyak, karena keadaan luar biasa.