Bisnis.com, SINGAPURA — Mata uang Asia mencatatkan penaikan mingguan terbesar dalam sebulan setelah rebound data perdagangan China mendorong prospek untuk ekspor dan pertumbuhan regional.
Won Korea Selatan memimpin penguatan, memacu penaikan 0,4% pada Bloomberg-JPMorgan Asia Dollar Index. Ekspor China naik 5,1% pada Juli, sedangkan impor meningkat 11%, mengalahkan perkiraan dan pulih dari perlambatan Juni.
Angka-angka tersebut dirilis di tengah kekhawatiran tentang kemungkinan berakhirnya stimulus moneter Federal Reserve AS yang telah mendorong permintaan aset untuk negara berkembang.
Jahng Won, seorang pedagang valuta asing di Shinhan Bank, Seoul, mengatakan data perdagangan China yang lebih baik dari perkiraan membalik sentimen dan mendukung mata uang Asia.
"Untuk faktor eksternal, jadwal Fed mengurangi stimulus adalah apa yang investor lebih pedulikan pada saat ini," ujarnya seperti dikutip di Bloomberg, Jumat (9/8/2013).
Menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg, won menguat 1% minggu ini menjadi 1.112,30 per dolar di Seoul, dan mencapai 1.107,55 hari ini, level tertinggi sejak 14 Mei.
Yuan naik 0,12%, kinerja 5 hari terbaik dalam 3 bulan, dan menyentuh 6,1143 kemarin, level terkuat sejak pemerintah menyatukan nilai tukar resmi dan pasar pada akhir 1993.
Sementara itu, berdasarkan versi Bloomberg rupiah menguat 0,42% ke level 10.267 pada perdagangan hari ini. Adapun Bank Indonesia baru akan kembali beroperasi pada 12 Agustus 2013.
Beberapa pasar keuangan di Asia juga belum dibuka karena liburan untuk menandai akhir Ramadhan. Pasar keuangan di Malaysia, India dan Filipina masih ditutup hari ini.