Bisnis.com, JAKARTA — Nilai emas melonjak ke level tertinggi dalam satu bulan di London, Shanghai dan Tokyo setelah spekulasi Federal Reserve AS akan mempertahankan stimulus melemahkan dolar AS.
Suluh Adil Wicaksono, analis PT Millennium Penata Futures mengatakan, penguatan emas memang dipicu melemahnya dolar AS karena pernyataan Bernanke mengindikasikan kelanjutan stimulus.
“Kita lihat, pada saat ini level US$1.300 sudah ditembus, dan menurut saya, jika terdapat koreksi, tak akan berada di bawah level tersebut,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (22/7/2013).
Menurutnya, untuk saat ini belum terdapat data ekonomi lanjutan yang dapat mempengaruhi pergerakan harga secara signifikan. Dia memperkirakan, harga selanjutnya di kisaran US$1.305 hingga US$1.358 per ounce.
“Untuk trader, saya merekomendasikan untuk melakukan pembelian terbatas di kisaran US$1.310 hingga US$1.315. Sementara untuk investor, saat ini sebaiknya segera melakukan pembelian emas fisik, sebelum penaikan berlanjut,” kata Suluh.
Di sisi lain, Wahyu Laksono, analis PT Megagrowth Futures mengatakan, emas masih menguat tipis, dan potensi rebound akan berlanjut ke US$1.330.
“Namun, outlook bearish masih terbuka lebar, setelah kegagalan menembus US$1.305 pada pekan lalu. Meski oversold, outlook masih belum berubah di mana US$1.180 menjadi level support terdekatnya,” kata Wahyu kepada Bisnis, Senin (22/7/2013).
Emas spot naik sebanyak 2,1% menjadi US$1.323,23 per ounce, level tertinggi sejak 20 Juni dan diperdagangkan di US$1.320,63 pada Senin (22/7/2013) pukul 14.04 di Singapura. Harga emas dalam euro naik di atas 1.000 untuk pertama kalinya sejak 20 Juni.
Aset emas di SPDR Gold Trust, yang terbesar dalam exchange-traded product (ETP), jatuh 0,7% pada pekan lalu, setidaknya sejak 5 hari dari 14 Juni.
Nilai emas naik 0,8% pekan lalu, setelah Ketua Fed Ben S. Bernanke mengindikasikan, terlalu dini untuk memutuskan apakah akan memulai pengurangan pembelian obligasi pada September.
Sementara itu, Bloomberg Dollar Index turun untuk hari kedua, tetapi minyak mentah di New York naik untuk sesi keempat setelah menetap di level tertinggi dalam 16 bulan pada 19 Juli.
Lv Jie, analis di Cinda Futures Co, Hangzhou, mengatakan sentimen investor terhadap emas tampaknya berubah lebih positif setelah komentar Bernanke minggu lalu.
"Kita mungkin akan melihat lebih banyak short-covering dalam waktu dekat karena dolar AS akan dijual," kata Lv, seperti dikutip di Bloomberg, Senin (22/7).
Kontrak Pendek
Nilai emas untuk pengiriman Desember naik 2,4% menjadi US$1.325 per ounce di Comex, tertinggi sejak 20 Juni, sebelum diperdagangkan pada US$1.319,80.
Data dari Commodity Futures Trading Commission di AS menunjukkan, spekulan meningkatkan posisi net-long sebesar 56% untuk 55.535 kontrak dan opsinya pada 16 Juli, tertinggi sejak 4 Juni.
Sementara itu kontrak jangka pendek jatuh ke level terendah sejak November setelah mencapai rekor pada minggu sebelumnya.
Adapun nilai emas spot turun 21% tahun ini, mengurangi nilai emas dalam kepemilikan di ETP sebesar US$58 miliar, setelah beberapa investor kehilangan kepercayaan dalam logam mulia tersebut sebagai alat lindung nilai.
Emas memasuki pasar bearish pada April, setelah reli selama 12 tahun, karena pencetakan uang dengan jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh bank sentral gagal untuk memacu inflasi.
Lebih lanjut, harga minyak mentah di New York telah melonjak 18% tahun ini setelah turun 7,1% pada 2012.
Lv menambahkan, ketika harga minyak naik, terutama di AS, dan inflasi, yang belum menjadi masalah, juga alasan harga emas yang lebih rendah tahun ini, mungkin menjadi faktornya.
"Setiap langkah untuk membendung perlambatan di China dapat memacu permintaan fisik. Pada akhirnya investor Cina akan membeli emas, yang ditentukan apabila mereka pikir harga akan naik lebih tinggi," kata Lv
Harga kontrak emas untuk pengiriman Desember naik sebanyak 2,6% menjadi 265,35 yuan per gram (US$1.344,36 per ounce) di Shanghai Futures Exchange, harga tertinggi sejak 20 Juni.
Di Jepang, nilai emas untuk pengiriman Juni naik sebanyak 2,6% menjadi 4.258 yen per gram (US$1.323,56 per ounce) di Tokyo Commodity Exchange, tertinggi sejak 17 Juni, karena yen menguat setelah partai yang berkuasa menang dalam pemilihan.