Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Obligasi: BI Rate di Atas Ekspektasi, Yield Terkerek Lagi

BISNIS.COM, JAKARTA – Pasar obligasi domestik masih melanjutkan koreksi selama sebulan terakhir menyusul keputusan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan di atas ekspektasi pasar sebesar 50 basis poin menjadi 6,5%.

BISNIS.COM, JAKARTA – Pasar obligasi domestik masih melanjutkan koreksi selama sebulan terakhir menyusul keputusan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan di atas ekspektasi pasar sebesar 50 basis poin menjadi 6,5%.

Data PT Penilai Harga Efek Indonesia (Indonesia Bond Pricing Agency/IBPA) memperlihatkan yield obligasi negara acuan bertenor 10 tahun FR0063 ditutup naik 33 basis poin ke level 8,08%, atau tertinggi sejak Maret 2011.

“Kenaikan ini dipengaruhi oleh sentimen pengumuman BI Rate kemarin,” ungkap Destry Damayanti, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), Jumat (12/7/2013).

Selain itu, imbal hasil surat utang negara acuan bertenor 20 tahun FR0065 naik 17 basis poin menjadi 8,45% dibandingkan dengan hari sebelumnya sebesar 8,28%. Adapun, yield obligasi acuan bertenor 5 tahun naik 1 basis poin menjadi 7,22%.

I Made Adi Saputra, Analis Obligasi PT Nusantara Capital Securities, mengungkapkan kenaikan yield pada penutupan perdagangan Jumat (12/7) disebabkan kenaikan BI rate di atas ekspektasi pasar sebesar 25 basis poin.

“Ekspektasi hanya 25 basis poin, ternyata 50 basis poin. Makanya investor langsung merespon,” paparnya.

Selain itu, lanjutnya, kenaikan yield juga disebabkan eskpektasi pemerintah akan memberikan yield yang tinggi pada lelang surat utang negara pada Selasa (16/7) senilai Rp7,5 triliun.

“Karena pemerintah mengejar target penerbitan, kemungkinan yield yang diberikan akan tinggi,” ujarnya.

Dia memproyeksikan pergerakan yield obligasi acuan bertenor 10 tahun akan berada di kisaran 8% – 8,1% dan kemungkinan akan terus naik mengingat minimnya sentimen positif dari dalam negeri.

Menurutnya, kekhawatiran yang masih muncul di kalangan investor adalah proyeksi inflasi pada Juli akan lebih tinggi yang dipicu kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi dan melonjaknya kebutuhan masyarakat pada Ramadan. “Investor masih wait and see. Ada yang masuk secara short term, lalu kemudian keluar lagi,” katanya.

Menurut data Direktorat Jendral Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, jumlah kepemilikan asing di surat berharga negara yang diperdagangkan hingga 11 Juli 2013 mencapai Rp284,92 triliun, naik Rp1,96 triliun dibandingkan dengan akhir Juni senilai Rp282,96 triliun.

Sementara itu, lanjutnya, sentimen negatif dari pasar global sudah mulai mereda setelah Ben Bernanke, US Federal Reserve Chairman, mengindikasikan masih akan mendukung program stimulus moneternya.

“Kemungkinan pengurangan stimulus tidak akan dalam waktu dekat ini. Ini jadi sentimen positif bagi investor. Likuiditas juga masih ada di pasar domestik,” paparnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maftuh Ihsan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper