Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menakar Dampak Buyback Saham Tower Bersama

KETIKA sejumlah perusahaan terpaksa mengencangkan ikat pinggang dalam mengalirkan dana kas in­ternal, penyedia menara teleko­mu­nikasi itu justru menggelon­tor­kan pundi-pundinya yang ti­dak sedikit untuk memperluas kekuasaannya

KETIKA sejumlah perusahaan terpaksa mengencangkan ikat pinggang dalam mengalirkan dana kas in­ternal, penyedia menara teleko­mu­nikasi itu justru menggelon­tor­kan pundi-pundinya yang ti­dak sedikit untuk memperluas kekuasaannya dari tangan publik.

Tepatnya 24 Juni lalu, manajemen Tower Bersama mengumunkan niatnya untuk melakukan buyback saham maksimal sebanyak 5% dari saham beredar setara dengan 239,8 juta lembar dengan alokasi dana mencapai Rp1,44 triliun.

Tak perlu ditebak lagi, tujuan aksi korporasi yang akan berlangsung mulai pertengahan 2013 sampai awal 2015 itu tentu untuk meningkatkan nilai perusahaan.

 

Berdasarkan perhitungan, harga teoritis pelaksanaan buyback maksimal pada kisaran Rp6.000 per saham.

Dari rentang waktu pembelian selama 2 tahun itu, Edwin Soeryadjaja, sang pemilik Tower Bersama, kelihatannya menginginkan fleksibilitas yang lebih besar untuk mengelola modal, terutama surplus modal dan kas seiring dengan bergulirnya rencana ekspansi usaha perseroan.

Analis PT Mega Capital Indonesia Danny Eugene menilai buyback akan menguntungkan perseroan karena berpotensi menaikkan imbal hasil ekuitas atau return on equity dari semula 20,1% menjadi 25,3%. Tak terkecuali imbal hasil aset atau return on asset yang akan menjadi 8,8% dari 8,6%.

“Kendati demikian, manajemen perlu melakukan aksi buyback secara proporsional mengingat keterbatasan dana tunai yang dimilikinya. Solusinya, buyback perlu dilakukan bertahap,” ujarnya dalam hasil riset yang dirilis 4 Juli 2013.

Jika menilik lebih dalam, Tower Bersama mungkin terbilang cukup nekat. Pasalnya, dana tunai Tower Bersama yang tersedia tahun ini hanya Rp665 miliar. Jumlah itu tentu tak dapat mencukupi kewajiban dalam aksi buyback seluruhnya yang membutuhkan dana sekitar Rp1,44 triliun.

Tahun depan boleh jadi perseroan lebih leluasa. Mega Capital memproyeksikan dana tunai yang tersedia tahun depan Rp800 miliar. Untuk itu, Danny mengusulkan perseroan melakukan buyback dalam dua tahap dengan skema sebanyak 35% pada 2013 dan sisanya 65% per 2014.

Selengkapnya baca http://epaper.bisnis.com/index.php/ePreview?OldID=14

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Editor : Yusran Yunus
Sumber : Bisnis Indonesia (11/7/2013)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper