BISNIS.COM, JAKARTA—Mata uang Asia menguat, menghentikan penurunan selama 2 minggu, setelah spekulasi Federal Reserve akan kembali mempertimbangkan pembelian aset setelah pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal pertama di bawah estimasi sebelumnya.
Data resmi pada 26 Juni menunjukkan, ekonomi terbesar di dunia tersebut berkembang 1,8% dalam 3 bulan pertama, kurang dari estimasi awal sebesar 2,4%. Presiden Fed Bank of New York, William C. Dudley mengatakan pada 27 Juni, program pembelian obligasi bulanan, yang telah meningkatkan pasokan dolar, bisa berlanjut.
Rupee India rebound dari rekor rendah 60,7650 per dolar AS pada 26 Jun sementara Vietnam mendevaluasi mata uangnya untuk pertama kalinya sejak 2011.
Indeks Bloomberg-JPMorgan Asia Dollar dari 10 mata uang regional Asia naik 0,4% minggu ini ke 115,79. Peso Filipina menguat 1,2% sejak 21 Juni menjadi 43,205 per dolar, penaikan mingguan terbaik dalam setahun. Ringgit Malaysia naik 1,2% menjadi 3,1648 dan won Korea Selatan naik 1,1% menjadi 1.142,06. Dolar Taiwan naik 0,5% menjadi NT$ 30,12.
Rafael Algarra, wakil presiden eksekutif dan kepala pasar keuangan di Security Bank Corp, Manila mengatakan, reaksi terhadap kemungkinan berkurangnya program pembelian The Fed agak berlebihan.
"Kita harus melihat beberapa rasa ketertarikan dalam aset Filipina karena investor menyadari bahwa fundamental ekonomi kita masih bagus.", ujarnya seperti dikutip di Bloomberg pada (29/6).
The Fed membeli US$85 miliar obligasi setiap bulan untuk menjaga biaya pinjaman rendah dan memacu pertumbuhan. Ketua Fed Ben S. Bernanke mengatakan pada 19 Juni, bank sentral mungkin mengurangi stimulus tahun ini dan mengakhirinya pada 2014 selama pertumbuhan ekonomi sejalan dengan proyeksi.
Pertumbuhan
Peso, mata uang Filipina, naik setelah Indeks Bursa Efek Filipina menguat hampir 12% dalam 3 hari terakhir. Gubernur Bank Sentral Filipina, Amando Tetangco mengatakan bahwa fundamental ekonomi Filipina tetap baik dan kebijakan suku bunga rendah bank sentral akan terus berlanjut.
Adapun, Won, mata uang Korea Selatan menguat untuk hari keempat setelah Menteri Keuangan Korea Selatan Hyun Seok Oh mengatakan 25 Juni, pemerintah siap untuk menstabilkan pasar keuangan dan mengelola risiko, termasuk kekhawatiran tentang stimulus moneter AS.
Kementerian Keuangan Korsel pada 27 Juni menaikkan proyeksi pertumbuhan tahunan menjadi 2,7% dari 2,3%, dan bank sentral melaporkan surplus neraca perdagangan meningkat ke rekor US$8,64 miliar pada Mei.
Han Sung Min, seorang pedagang mata uang di Busan Bank, Seoul mengatakan, pejabat berwenang memberi sinyal pada minggu ini bahwa mereka mungkin ikut campur.
"Surplus neraca perdagangan Korea Selatan tampaknya terlihat jelas dan pemerintah memperkirakan fundamental ekonomi negara membaik," ujarnya seperti dikutip di Bloomberg pada Sabtu (29/6).
Rupee India
Rupee naik 1,4% pada Sabtu lalu, terbesar sejak September 2012, menjadi 59,39 per dolar AS. Hal itu menghentikan penurunan bulanan sebesar 4,7%. Adapun rupee merosot 8,5% pada kuartal ini, terbesar sejak 3 bulan sampai Juni 2012, setelah kekhawatiran arus keluar modal akan mempercepat jika Fed mengurangi pembelian utang.
Dana global menarik US$571 juta dari saham-saham India di 3 hari pertama dalam seminggu, membuat akumulasi total arus keluar pada Juni menjadi US$1,6 miliar, data perdagangan bursa menunjukkan.
Para pedagang valas yang meminta untuk tidak disebutkan namanya mengatakan Bank Sentral India telah menjual dolar dalam 2 minggu terakhir untuk mengekang penurunan rupee.
Cina dan Asteng
Yuan, mata uang China, menguat ke level paling tinggi dalam sebulan setelah Gubernur Bank Sentral Zhou Xiaochuan mengatakan, negara akan menjaga stabilitas pasar, komentar pertamanya sejak rekor krisis kas yang memacu kekhawatiran pertumbuhan akan melambat.
Biaya pinjaman untuk bank-bank Cina melonjak ke level tertinggi dalam setidaknya 6 tahun pada Juni setelah perusahaan pemeringkat mengatakan kekurangan dana mengancam membuat membengkaknya kredit macet.
Menurut China Foreign Exchange Trade System, yuan naik 0,19% menjadi 6,1376 per dolar di Shanghai pada Sabtu lalu, penaikan satu hari terbesar sejak 27 Mei. Namun mata uang tersebut telah menurun 0,06% minggu ini dan naik 1,2% pada kuartal ini.
Adapun Bank Sentral Vietnam mendevaluasi mata uangnya dan mengurangi suku bunga deposito dolar untuk membantu meningkatkan neraca pembayaran dan meningkatkan cadangan devisa.
Bank sentral negara tersebut menurunkan suku bunga acuannya untuk mata uang sebesar 1% menjadi 21.036 dong per dolar. Menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg, mata uang Vietnam turun 0,9% menjadi 21.205 per dolar di Hanoi.
Sementara itu, di tempat lain di Asia, baht Thailand naik 0,4% dari minggu sebelumnya menjadi 31 per dolar sementara rupiah Indonesia naik 0,1% menjadi 9.925. Dolar Singapura naik 0,5% menjadi S$1,2655 per dolar AS. (Bloomberg)