BISNIS.COM, JAKARTA – Pasar surat utang (obligasi) nasional terus tertekan selama sepekan ini akibat kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat yang berencana menghentikan quantitative easing (QE) pada pertengahan 2014 dan ketidakpastian pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi.
Data PT Penilai Harga Efek Indonesia (Indonesia Bond Pricing Agency/IBPA) memperlihatkan pada penutupan perdagangan Jumat (21/6/2013), yield obligasi acuan FR0063 bertenor 10 tahun di pasar obligasi naik 10 basis poin menjadi 6,89% dari hari sebelumnya 6,79%.
Destry Damayanti, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), menuturkan kepemilikan asing pada surat utang negara (obligasi) yang diperdagangkan (di pasar obligasi) hingga 18 Juni 2013 mencapai Rp285,7 triliun atau 32,3% dari total kepemilikan.
“Foreign outflow mencapai Rp17,3 triliun jika dibandingkan dengan bulan lalu,” ujarnya dalam pesan singkat, Jumat (21/6/2013).
Sebelumnya, I Made Adi Saputra, analis obligasi PT Nusantara Capital Securities, menuturkan keputusan The Fed [soal quantitative easing] tersebut menyebabkan investor asing menarik portfolio di emerging market termasuk Indonesia.
Dia menjelaskan saat ini investor asing masih memilih wait and see terhadap kebijakan penaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi hingga pemerintah mengumumkannya secara resmi.
Menurut informasi yang beredar, pemerintah akan mengumumkan kepastian penaiakan harga bahan bakar minyak bersubsidi pada malam ini pukul 22.00 WIB di kantor Menteri Perekonomian.