BISNIS.COM, BEIJING—Impor kedelai oleh China, pembeli terbesar, kemungkinan lebih rendah dari perkiraan para pejabat AS, sehingga memperbanyak persedian dan membebani harga, setelah cadangan global mencapai rekor.
Jumlah pengiriman inbound diperkriakan menjadi 63 juta ton dalam 12 bulan mulai 1 Oktober, lebih kecil dari proyeksi Departemen Pertanian AS (USDA) pada 13 Juni, sebesar 69 juta ton. Kedelai yang naik ke rekor US$17,89 per bushel di Chicago selama kekeringan di AS pada 2012, merosot 14% bulan ini dan berada di pasar bearish seperti halnya jagung dan gandum.
Menurut Tommy Xiao, analis di Shanghai JC Intelligence Co, permintaan bungkil kedelai untuk pakan ternak jatuh di China pada April dan Mei, setelah petani memusnahkan unggas menyusul wabah virus flu H7N9 burung yang menyebabkan konsumen mengurangi konsumsi ayam.
"USDA terlalu membesar-besarkan permintaan China. Sementara permintaan terganggu setelah kekhawatiran akan virus, adapun pemulihan penuh akan memakan waktu beberapa bulan lagi," kata Xiao seperti dikutip di Bloomberg pada Senin (17/6/2013).
Survei Bloomberg menunjukkan, jumlah impor dalam 12 bulan sampai 30 September mungkin jatuh untuk pertama kalinya dalam hampir 10 tahun menjadi 58 juta ton. Sementara pihak USDA memproyeksikan 59 juta ton.
Adapun Goldman Sachs Group Inc mengatakan dalam sebuah laporan 13 Juni, memperkirakan kedelai diperdagangkan sekitar US$11 per bushel selama 3 sampai 12 bulan ke depan. Hal itu lebih rendah dibandingkan dengan US$13,035, di Beijing pada pukul 04.36, 14 Juni lalu.