BISNIS.COM, CHICAGO—Harga jagung jatuh, mencetak kemerosotan mingguan terbesar sejak April, pada tanda-tanda berkurangnya permintaan global setelah petani diproyeksikan mencetak rekor panen di AS, eksportir top dunia.
Departemen Pertanian AS (USDA) mengatakan, penjualan ekspor jagung dalam pekan yang berakhir 6 Juni meluncur ke 149.460 ton, terendah sejak Januari. Petani bisa memanen 14 miliar gantang, 30% lebih banyak dari tahun sebelumnya, meningkatkan produksi global sebesar 12% ke rekor.
Sementara Goldman Sachs Group Inc memangkas proyeksi harga pada Jumat lalu, setelah adanya pemulihan dari kekeringan tahun lalu di AS.
Greg Grow, direktur agribisnis untuk Archer Financial Services Inc di Chicago, mengatakan saat ini pasokan global sedang meningkat, dan telah mengurangi permintaan jagung AS.
"Perkiraan cuaca untuk suhu yang lebih hangat dan hujan yang teratur meningkatkan potensi tanaman AS. Kami beralih ke pandangan bahwa pasokan akan lebih banyak," ujarnya seperti dikutip di Bloomberg, Sabtu (15/6).
Nilai jagung berjangka untuk pengiriman Desember turun 0,4% menjadi ditutup di US$5,33 per bushel pada Sabtu pukul 1.15 di Chicago Board of Trade. Minggu ini, harga turun 4,6%, terbesar sejak 5 hari yang berakhir 5 April.
Goldman memangkas proyeksi harga untuk jagung menjadi US$4.75 dan US$11 per bushel untuk kedelai dalam 3, 6 dan 12 bulan. Perkiraan sebelumnya untuk yang berakhir 2 periode adalah US$5,25 untuk gandum dan US$12,50 untuk biji minyak.
Sementara harga kedelai berjangka untuk pengiriman November turun 0,2% menjadi US$12,9825. Minggu ini, harga turun 2,4%. Menurut USDA, panen AS akan meningkat 12% tahun ini menjadi rekor 3,39 miliar gantang.
Lebih lanjut, untuk Juli, jagung naik 1,8% menjadi US$6,55 dan kedelai naik 0,4% menjadi US$15,165 per bushel.