Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA MINYAK Melemah Seiring Turunnya Saham Asia

BISNIS.COM, SINGAPURA--Harga minyak turun di perdagangan Asia Rabu (12/6/2013) sejalan dengan melemahnya saham Asia menyusul keputusan Bank of Jepang (BoJ) menunda peluncuran stimulus ekonomi baru.Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk

BISNIS.COM, SINGAPURA--Harga minyak turun di perdagangan Asia Rabu (12/6/2013) sejalan dengan melemahnya saham Asia menyusul keputusan Bank of Jepang (BoJ) menunda peluncuran stimulus ekonomi baru.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Juli turun 83 sen menjadi US$94,55 per barel dan minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juli turun 53 sen ke posisi US$102,43 pada perdagangan sore.

"Kepasifan BoJ menunjukkan bahwa mungkin ada pengurangan stimulus di masa depan," kata Desmond Chua, analis pasar pada CMC Markets di Singapura, kepada AFP.

"Pasar bereaksi terhadap kekhawatiran bahwa beberapa negara akan mengakhiri berbagai langkah stimulus. Hal ini menyebabkan turunnya harga minyak," kata Victor Shum, direktur pengelola pada IHS Purvin and Gertz di Singapura.

Investor global di mana terus mengamati setelah BoJ mengatakan Selasa bahwa ekonomi Jepang "mulai menguat", tapi sementara pihaknya memperingatkan kemungkinan headwinds disebabkan oleh melemahnya pasar ekspor utama, sehingga memilih untuk tidak menambah pembelian obligasi secara besar-besaran.

Keputusan tersebut menyulut kembali kekhawatiran tentang peran bank sentral dalam mendukung perekonomian, dengan Federal Reserve AS mensinyalkan pihaknya ingin menyusun rencana untuk skema stimulus besar mencapai 85 miliar dolar per bulan.

Harga minyak telah merosot pada awal pekan ini setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) sedikit menurunkan prediksi permintaan global 2013, sementara data ekonomi mengecewakan di China menambah ketidakpastian.

Dalam laporan pasar minyak Juni yang dirilis Selasa, OPEC memperkirakan permintaan dunia tahun ini pada posisi 89,65 juta barel per hari, turun dari perkiraan bulan sebelumnya 89,65 juta barel.  (ra)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rustam Agus
Editor : Rustam Agus
Sumber : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper