BISNIS.COM, JAKARTA -- Yield obligasi pemerintah dan korporasi terus meningkat sejak sepekan terakhir menunjukkan pasar obligasi nasional semakin tertekan di tengah ketidakpastian kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi.
Menurut laporan PT Penilai Harga Efek Indonesia (Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), yield obligasi pemerintah maupun korporasi bermata uang rupiah rata-rata meningkat 15 basis poin hingga 17 basis poin selama sepekan lalu.
Kenaikan yield ini disebabkan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat yang menyetujui perubahan asumsi makro ekonomi dalam APBN-P 2013 yang diajukan oleh pemerintah.
Dalam perubahan asumsi itu, pemerintah menargetkan inflasi tahun ini mencapai 7,2%, atau kenaikan dari asumsi sebelumnya yakni 4,9%, yang dapat menyebabkan suku bunga acuan yang saat ini berada di level 5,75%.
Selain itu, investor asing juga mulai menjual kepemilikan surat utang pemerintah dengan net sell senilai Rp0,69 triliun sehingga kepemilikan asing di obligasi negara menjadi Rp304,64 triliun hingga akhir pekan lalu.
Handy Yunianto, Kepala Analis Fixed Income PT Mandiri Sekuritas, memproyeksikan yield obligasi pemerintah seri benchmark bertenor 10 tahun berada di kisaran 6,1% - 6,3% jika pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi.
Adapun, IBPA mencatat yield obligasi pemerintah seri benchmark bertenor 10 tahun FR0063 pada penutupan perdagangan Senin (3/6) naik 1 basis poin menjadi 5,96% jika dibandingkan dengan Jumat (31/5/2013) di level 5,95%.