Bisnis.com, JAKARTA— Mandiri Sekuritas memperkirakan laba laju pertumbuhan majemuk tahunan (compound annual growth rate/CAGR) perusahaan sektor konstruksi bisa mencapai 23%.
Bob Setiadi, analis Mandiri Sekuritas mengatakan pada 2016, pertumbuhan total kontrak baru akan kembali solid atau tumbuh hingga 50% (yoy) menjadi Rp148 triliun. Hal ini didorong oleh pengembangan jalan tol berkelanjutan proyek transportasi masal.
Selain itu, perbaikan bertahap pada pengakuan total order book (2015: 28%; estimasi 2016-2018: 29%-38%) dapat mencerminkan kenaikan pendapatan konstruksi inti dan diprediksi bisa melebihi Rp100 triliun.
Belum lagi implementasi UU No.2/2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum itu telah dibuktikan dengan percepatan proyek jalan dan konstruksi. Di sisi lain, proyek angkutan masal dapat memberikan dorongan pada perusahaan beton pracetak.
“Juga peluncuran 225 proyek strategis nasional baru-baru ini dan 30 proyek prioritas menunjukkan fokus pemerintah pada infrastruktur. Kemudian, membaiknya tingkat pencairan anggaran juga memberi dukungan untuk modal kerja perusahaan konstruksi,” katanya dalam riset, Kamis (21/4/2016).
Meskipun demikian, dia menilai proyek pemerintah akan semaikin diarahkan pada pengembangan infrastruktur di luar Jawa.
Selain itu, Mansek menilai peningkatan kualitas neraca keuangan melalui revaluasi aset telah menjadi pilihan untuk menjaga perkembangan berkelanjutan pada proyek yang dikendalikan BUMN.
Keputusan final untuk suntikan modal pemerintah yang telah direncanakan (penyertaan modal negara/PMN) diprediksi akan menghilangkan kondisi menggantung (overhang) pada lelang proyek.
"Kami meyakini pertumbuhan laba perusahaan konstruksi pada CAGR 2015-2018F akan solid yaitu 23% (vs. 2010-2015 CAGR: 29%) dan menjadi dasar rekomendasi overweight untuk sektor konstruksi,” jelasnya.
Rekomendasi itu didukung oleh ekspektasi pada total order book Rp262 triliun pada akhir 2016. Adapun, Waskita Karya (WSKT) merupakan top pick untuk sektor konstruksi karena visibilitas laba yang tinggi dan membaiknya neraca keuangan emiten setelah rights issue pada 2015.