Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

HARGA MINYAK: WTI & Brent Naik Terpicu Serangan ke Suriah

BISNIS.COM, NEW YORK—Minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) naik pada hari ketiga di tengah kekhawatiran adanya serangan terhadap Suriah akan meningkatkan ketegangan di Timur Tengah dan mengganggu pasokan. Diperdagangan London,
Gita Arwana Cakti
Gita Arwana Cakti - Bisnis.com 06 Mei 2013  |  07:39 WIB
HARGA MINYAK: WTI & Brent Naik Terpicu Serangan ke Suriah

BISNIS.COM, NEW YORK—Minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) naik pada hari ketiga di tengah kekhawatiran adanya serangan terhadap Suriah akan meningkatkan ketegangan di Timur Tengah dan mengganggu pasokan. Diperdagangan London, minyak mentah Brent North Sea juga mencatatkan kenaikan.

WTI naik 1,4% di New York setelah kantor berita negara Suriah mengatakan pesawat Israel menyerang sebuah pusat penelitian militer di pinggiran Damaskus, kemarin (5/5/2013).

Berdasarkan Statistica Review of World Energy BP Plc, Timur Tengah diketahui menyumbang 33% dari produksi minyak mentah global pada 2011.

“Penyerangan Israel di Suriah bisa diinterpretasikan sebagai situasi yang lebih bahaya di Timur Tengah dan beberapa premi risiko yang dapat mendorong harga. Pasar minyak akan bereaksi kapanpun ketika ada masalah di Timur Tengah,” ungkap Kepala Konsultan Manaar Energy Consulting and Project Management Robin Mills, seperti dikutip Bloomberg, Senin (6/5/2013).

WTI untuk pengiriman Juni naik US$1,36 ke US$96,97 per barel dan berada di level US$96,93 pukul 09.37 waktu Sydney. Volume semua kontrak yang diperdagangkan ini sejalan dengan rata-rata 100 hari. Adapun Brent untuk pengiriman Juni naik US$1,16 atau 1,1% ke level US$105,35 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

Harga Minyak Harga Minyak brent brent wti wti

Sumber : Bloomberg

Editor : Sepudin Zuhri

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top