Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah genjot jumlah investor lokal di SBN

JAKARTA: Pemerintah menyatakan akan meningkatkan jumlah kepemilikan lokal di instrumen surat berharga negara melalui diversifikasi surat utang.Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kemenkeu Rahmat Waluyanto mengatakan salah satu cara yang akan dilakukan

JAKARTA: Pemerintah menyatakan akan meningkatkan jumlah kepemilikan lokal di instrumen surat berharga negara melalui diversifikasi surat utang.Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kemenkeu Rahmat Waluyanto mengatakan salah satu cara yang akan dilakukan pemerintah adalah dengan mendiversifikasi instrumen surat utang yang sesuai dengan keperluan investor lokal baik institusi maupun ritel."Kami akan diversifikasi instrumen lebih banyak lagi untuk institusi dan ritel lokal seperti yang pernah kami tawarkan surat utang non tradable kepada Kementerian Agama [sukuk dana haji]," katanya saat dihubungi Bisnis, hari ini.Keinginan pemerintah untuk meningkatkan jumlah kepemilikan lokal ke surat berharga negara (SBN) berdasarkan alasan pasar obligasi pemerintah bisa lebih stabil jika basis investor domestiknya lebih kuat daripada investor asing.Rahmat menuturkan cara lain yang bakal ditempuh pemerintah adalah dengan melakukan private placement dalam penerbitan obligasi pemerintah baik itu surat utang negara (SUN) ataupun surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk)."Kami akan menawarkannya ke semua investor lokal sesuai dengan karakteristiknya, tidak hanya BUMN," jelas dia.Apabila kebutuhan penerbitan SBN melalui private placement sudah terpenuhi, lanjut dia, pemerintah ke depannya secara bertahap akan mengurangi penerbitan SBN melalui lelang. "Ya kalau kebutuhan pendanaan sudah tercukupi dari cara lain, porsi lelang akan dikurangi," ujarnya.Analis Obligasi PT Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan untuk menaikkan porsi kepemilikan lokal ke SBN, pemerintah perlu terlebih dahulu merubah pola pikir investor lokal yang selama ini cenderung memburu tingkat imbal hasil yang tinggi."Misalnya dana pensiun dan asuransi yang ingin tingkat imbal hasil di atas 8% padahal SUN saat ini di bawah 7%," katanya.Pemerintah, jelas dia, harus bisa menyadarkan kepada investor lokal bahwa tingkat imbal hasil Indonesia saat ini sudah terbilang tinggi dibandingkan dengan yang ditawarkan negara lain."Apalagi kebijakan suku bunga global saat ini adalah suku bunga rendah sampai dengan 2013 karena pertumbuhan ekonominya melambat," jelasnya.Terkait private placement, Handy menilai langkah tersebut cukup bagus dijalankan meski dari sisi penetapan harga hasilnya lebih bagus melalui lelang. Menurut dia, permintaan dari investor akan tetap ada meski penerbitan SBN dilakukan melalui private placement. "Bagusnya private placement ini bisa teller meet atau disesuaikan dengan kebutuhan investor. Misalnya asuransi butuh yang tenornya sampai 40 tahun," tutur dia.Merujuk pada data Ditjen Pengelolaan Utang Kemenkeu, porsi tertinggi kepemilikan asing pada SBN yang dapat diperdagangkan mencapai 35,69% dari total beradar Rp703,98 triliun atau Rp251,23 triliun pada 9 September 2011.Porsi tersebut meningkat pesat dibandingkan dengan posisi pada akhir tahun lalu yang hanya 30,53% dari total beredar Rp641,21 triliun atau Rp195,76 triliun. Namun, porsi kepemilikan asing tersebut terus turun hingga ke posisi 30,31% dari total beredar Rp701,16 triliun atau Rp212,47 triliun pada 10 Oktober 2011.Keluarnya dana asing tersebut telah memicu anjloknya indeks harga SUN selama September yang berakibat mengerek tingkat imbal hasil SUN. Dalam rangka menstabilkan pasar SUN, pemerintah dan Bank Indonesia terpaksa turun tangan dengan beberapa kali melakukan pembelian kembali SUN. Pemerintah melakukan pembelian sebanyak enam kali senilai Rp3,24 triliun atau sudah melampaui rencana tahun ini yang dipatok Rp3,07 triliun.Adapun, jumlah kepemilikan bank sentral pada portofolio surat utang negara itu naik Rp13,59 triliun menjadi Rp17,03 triliun pada 30 September dibandingkan dengan posisi 9 September sebesar Rp3,44 triliun.(mmh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper