JAKARTA: PT Wahyu Berkat Abadi resmi memiliki 774,88 juta saham atau 8,92% dari total saham PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia (KBRI) Tbk setelah penambahan saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu dilakukan.
Pelaksanaan penambahan saham baru tersebut merupakan bagian dari skema pelunasan utang sebesar Rp51,92 mliar milik anak usaha perseroan yaitu PT Kertas Basuki Rachmat (KBR) yang telah diambilalih oleh perseroan (novasi utang). Saham baru yang memilik nominal Rp50 per lembar saham itu dieksekusi pada harga Rp67 per saham.
Wahyu Berkat merupakan pihak kreditur yang berhak atas saham baru seri D yang telah diterbitkan perseroan.
Dalam keterbukaan informasi perseroan, akhir pekan lalu, disebutkan pencatatan saham baru tersebut telah dilaksanakan pada 6 Oktober. Dengan penambahan tersebut total saham beredar perseroan menjadi 8,69 miliar dan 199,44 juta waran.
Sebelumnya pemegang saham perseroan telah menyetujui rencana manajemen perseroan untuk menerbitkan sebanyak 774,88 juta saham baru seri D tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (non preemptive right) dalam RUPSLB yang digelar pada bulan lalu.
Penerbitan saham baru tersebut menyebabkan dilusi 0,91% bagi pemegang saham lain perseroan. Porsi saham Riverton Group Holdings Limited turun menjadi 17,27% dari sebelumnya 18,96%, kepemilikan Suisse Charter Investments Limited turun menjadi 10,20% dari sebelumnya 11,20%, Wyoming International Limited turun menjadi 11,40% dari sebelumnya 12,51%.
Selanjutnya porsi saham AAA-JS Multisectoral Vund turun menjadi 17,93% dari sebelumnya 19,68%, dan porsi saham publik turun menjadi 34,30% dari sebelumnya 37,65%.
Sebelumnya dalam prospektus tentang nonpreemptive rights, manajeman perseroan menyatakan pelaksanaan aksi korporasi tersebut akan menghindarkan perseroan dari kondisi wanprestasi dan memberikan kesempatan perseroan untuk melanjutkan fokus pada revitalisasi PM-1 dan menyelesaikan pembangunan PM-2.
Seperti diketahui, saat ini perseroan sedang menjalankan program kerja di KBR dalam rangka turn around perseroan melalui revitalisasi PM-1 dan penyelesaian pembangunan PM-2. Status gagal bayar dan proses kepailitan akan berpotensi menghambat proses perolehan kredit perbankan untuk PM-2 dan juga mengganggu hubungan KBR dengan para supplier.
Selain itu, penerbitan 774,88 juta saham baru ini akan menyebabkan peningkatan ekuitas yang berasal dari tambahan modal disetor dan agio saham.
Posisi ekuitas perseroan akan naik sebesar Rp51,92 miliar menjadi Rp684,79 miliar dibandingan dengan posisi 30 Juni 2011 sebesar Rp632,88 miliar. Akibatnya rasio total kewajiban terhadap modal [debt to equity ratio/DER] juga akan membaik menjadi +/-0,09 kali dari sebelumnya +/-0,18 kali. "Posisi DER yang makin sehat akan meningkatkan fleksibilitas perseroan dalam mencari pendanaan-pendanaan baru guna pengembangan usaha.
Pada periode 6 bulan pertama tahun ini Kertas Basuki membukukan rugi bersih Rp6,67 miliar, memburuk dibandingkan dengan laba bersih pada periode yang sama tahun lalu Rp59,15 miliar.
Kerugian disebabkan oleh anjloknya pendapatan usaha sebesar -89,2% menjadi Rp4,29 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp39,73 miliar. Sementara beban pokok usaha yang mencapai Rp5,8 miliar, lebih besar dibandingkan dengan total pendapatan perseroan, membuat perusahaan berstatus badan usaha milik negara itu membukukan rugi kotor sebesar Rp1,51 miliar. (sut)