Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sanksi Rusal Lebih Longgar, Harga Aluminium Spot Diskon Besar

Aluminium spot diperdagangkan dengan diskon terbesar dari harga aluminium berjangka dalam 10 bulan terakhir karena kekhawatiran pasokan yang mulai berkurang.
Aktivitas pekerja di pabrik aluminium milik Hyamn Group, di Cirebon, Jawa Barat, Rabu (25/4/2018)./JIBI-Endang Muchtar
Aktivitas pekerja di pabrik aluminium milik Hyamn Group, di Cirebon, Jawa Barat, Rabu (25/4/2018)./JIBI-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA – Aluminium spot diperdagangkan dengan diskon terbesar dari harga aluminium berjangka dalam 10 bulan terakhir karena kekhawatiran pasokan yang mulai berkurang.

Permintaan untuk menarik logam tersebut dari gudang tercatat oleh London Metal Exchange (LME) mengalami penurunan 0,8%. Pada 31 Juli lalu, pihak Amerika Serikat memberikan pada investor waktu tambahan untuk menjual saham dan utangnya di En+ group dan afiliasinya United Co. Rusal.

Carsten Menke, analis komoditas Julius Baer, menuturkan bahwa keputusan Menteri Keuangan AS untuk memperpanjang jeda waktu untuk kembali berdiskusi dengan Rusal itu telah meningkatkan rasa percaya diri bahwa pasar aluminium bisa menghindari krisis pasokan.

“Kami yakin hal itu [perpanjangan waktu] menunjukkan bahwa AS sadar dan masih mengupayakan untuk menghindari dampak negatif dari sanksi yang akan diterapkan ke pasar aluminium dan segala rantai pasokannya,” ujar Menke, dikutip dari Bloomberg, Rabu (8/8/2018).

Pada perdagangan Rabu (8/8), harga aluminium di LME merosot 5 poin atau 0,24% menjadi US$2.038 per ton. Secara year-to-date (ytd), harga aluminium LME sudah tergelincir 10,14%. Harga aluminum spot terdiskon sebanyak US$24,75 dari aluminium LME kontrak tiga bulan.

Sebelumnya, pada Senin, diskon harga aluminium di kedua bursa tersebut sempat mencapai US$27 per ton, selisih terlebar sejak September 2017.

“Selain karena adanya kenaikan tensi perang dagang antara AS dan China, serta kekhawatiran akan perlambatan ekonomi China, kami juga melihat penurunan risiko dari pasokan Rusia, yang juga menjadi alasan utama mengapa harga aluminium semakin menurun dalam beberapa pekan terakhir.”

Logam dasar lainnya berbanding terbalik dengan kondisi aluminium dengan nikel LME memimpin kenaikan harga. Tercatat harga nikel LME menalami kenaikan 65 poin atau 1,21% menjadi US$13.850 per ton, sepanjang tahun 2018, harganya naik 8,54%.

Selanjutnya, kenaikan harga logam dasar diikuti oleh timah yang naik 50 poin atau 0,26% menjadi US$19.575 per ton dan turun 2,25% secara ytd. Harga tembaga ikut naik 42 poin atau 0,68% menjadi US$6.175 per tn setelah sebelumnya sempat merosot tajam, selama tahun berjalan harganya turun 14,79%.

Logam timah hitam mengalami kenaikan 34 poin atau 1,61% menjadi US$2.149 per ton dan turun 13,61% sepanjang tahun ini. Kemudian disusul oleh seng yang naik 31 poin atau 1,21% menjadi US$2.600 per ton dan turun 21,66% selama tahun berjalan.

Perusahaan sekunder di Hunnan, Yunnan, China, menahan produksinya pada akhir bulan lali, sementara di Guizhou, Henan, Provinssi Hebei memangkas produksi hingga setengahnya karena kemerosotan harga yang turut memangkan margin dan memicu kerugian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper