Bisnis.com, JAKARTA - Peristiwa bom yang terjadi di Surabaya, Jawa Timur sama sekali tidak berpengaruh terhadap kondisi pasar modal, maupun indeks harga saham gabungan (IHSG).
Bahkan, secara mengejutkan transaksi saham yang terjadi di Jawa Timur menjadi yang terbesar kedua setelah Jabodetabek. Biasanya, kontribusi Jawa Timur dalam perdagangan hanya pada kisaran 3%. Namun hari ini, kontribusinya mencapai 5%, baik untuk buy maupun sell.
"Jabodetabek hanya 46%, biasanya 60% dan Jawa Timur cukup besar. Ini membuktikan peristiwa itu tidak berdampak," kata Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio di Gadung BEI, Senin (14/5/2018).
Dia menambahkan, pasar modal masih cukup menjanjikan untuk saat ini. Hal tersebut dapat dilihat dari frekuensi perdagangan yang dinilai masih cukup tinggi. Tak hanya itu, jumlah investor yang masuk juga masih cukup besar yakni sekitar 200 investor hingga 300 investor per hari.
Bahkan, Tito mengklaim saat ini investor jangka panjang mulai masuk ke pasar saham. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya investor institusi yang masuk ke pasar modal, baik melalui saham langsung maupun reksa dana.
"Frekuensi masih sangat bagus dan kondisi pasar kita masih sangat likuid. Investor jangka panjang masuk, dan investor jangka pendek senang karena mereka saatnya beli," ujar Tito.
Selain itu, dia juga menegaskan tidak ada satupun emiten yang mengalami gangguan kinerja karena peristiwa tersebut. Bahkan, beberapa sektor mengalami pertumbuhan misalnya sektor konsumsi karena momentum Ramadhan.
Asumsi ini ditegaskan oleh PT Surya Pertiwi Tbk., salah satu emiten yang memiliki fasiloitas produksi di dekat Surabaya, tepatnya di Gresik. Emiten bersandi SPTO ini menegaskan masih tetap menjalankan aktivitas seperti biasa.
"Produksi masih terus berjalan, tidak ada gangguan ataupun penghentian sementara. Bisnis berjalan seperti biasa dan market akan lebih baik," kata Direktur PT Surya Pertiwi Tbk. Irene Hamidjaja di Gedung BEI.