Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) menyentuh level tertinggi sejak Desember 2014 pada akhir perdagangan Senin (23/4/2018), saat perselisihan di kawasan Timur Tengah yang menjadi rumah bagi hampir separuh jumlah minyak global memburuk.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni 2018 naik 24 sen atau 0,4% dan berakhir di US$68,64 per barel di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Juni 2018 menguat 65 sen dan ditutup di US$74,71 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Minyak mentah acuan global ini diperdagangkan premium US$6,07 terhadap WTI Juni.
Dilansir Bloomberg, minyak WTI berhasil mengikis pelemahan di awal sesi perdagangan dan menguat mendekati US$69 per barel, setelah kelompok pemberontak Houthis yang didukung Iran di Yaman gagal meluncurkan serangan rudal terhadap Arab Saudi, sedangkan pasukan yang dipimpin kerajaan menewaskan seorang pemimpin senior kelompok tersebut.
Pergolakan ini mengimbangi sentimen kemerosotan dalam komoditas setelah AS melunakkan posisinya atas sanksi terhadap raksasa aluminium Rusia, United Co. Rusal.
“Tampaknya akan menjadi eskalasi, tetapi Arab Saudi sangat pandai menembak jatuh rudal-rudal,” kata Phil Flynn, analis pasar senior di Price Futures Group Inc. di Chicago. “Kekhawatiran terhadap minyak benar-benar datang pada apa yang terjadi jika eskalasi memukulnya?”
Minyak telah meningkat lebih dari 5% bulan ini di tengah ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Pada saat yang sama, upaya pemotongan OPEC terus mengikis kelebihan minyak di seluruh dunia.
“Tidak perlu memperpanjang upaya pembatasan suplai jika harga minyak terus naik,” ujar Menteri Perminyakan Iran Bijan Namdar Zanganeh, menurut kantor berita kementerian Shana.
Di sisi lain, Bloomberg Dollar Index yang naik sebanyak 0,8%, penguatan sesi kelima berturut-turut, membatasi kenaikan harga minyak mentah.
“Alumunium memimpin komoditas turun. Itu tampaknya menyeret minyak mentah dan komoditas lainnya,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC, hedge fund berbasis di New York, mengacu pada aksi jual di pagi hari. “Kami punya dolar yang sangat kuat hari ini.”
Investor juga mencermati tingkat persediaan AS, dengan persediaan terlihat menurun pekan lalu, menurut survei Bloomberg menjelang rilis data Energy Information Administration (EIA) pada hari Rabu. Stok minyak mentah di Cushing, Oklahoma turun 150.000 barel pekan lalu, menurut perkiraan Bloomberg.