Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Suram, Impor Bijih Besi China Diprediksi Akan Terus Berkurang

Negeri Panda menyerap sepertiga suplai bijih besi global dan memasok sekitar 50% baja di dunia sehingga kinerjanya sangat berpengaruh terhadap pasar komoditas tersebut.
Seorang pekerja sedang meratakan bijih besi di atas kereta cargo di stasiun kereta Chitradurga, di Karnataka, India (9-11-2012)-Reuters-Danish Siddiqui
Seorang pekerja sedang meratakan bijih besi di atas kereta cargo di stasiun kereta Chitradurga, di Karnataka, India (9-11-2012)-Reuters-Danish Siddiqui

Bisnis.com, JAKARTA – Australia, eksportir bijih besi terbesar dunia menyampaikan pandangan yang beragam mengenai prospek pasar bijih besi global.

Di samping mengerek perkiraan harga bahan baku baja tersebut dalam jangka pendek, Negeri Kanguru juga melihat prospek yang lebih suram berupa penurunan impor dari China di tengah produksi baja yang mereda pada beberapa tahun ke depan.

“Permintaan impor bijih besi diperkirakan akan terbebani oleh produksi baja di China yang akan turun setiap tahun hingga 2023,” papar Departemen Perindustrian, Inovasi, dan Sains Australia, seperti dilansir Bloomberg, Senin (9/4).

Departemen tersebut menjelaskan penekan utama dari penurunan produksi baja adalah melambatnya aktivitas konstruksi dan investasi infrastruktur serta peraturan lingkungan yang semakin ketat. Di antara proyeksi departemen tersebut, impor bijih besi Cina diperkirakan akan berkurang dari 1,08 miliar ton pada tahun ini menjadi 1,04 miliar ton pada 2023.

Pada saat yang sama, output baja nasional akan turun dari 832 juta ton pada tahun ini menjadi 805 juta pada 2023, sementara konsumsi baja lokal turun dari 772 juta ton menjadi 742 juta.
Tercatat, impor naik ke rekor 1,07 miliar ton pada 2017 setelah hampir melonjak tiga kali lipat dalam dekade terakhir.

Negeri Panda menyerap sepertiga suplai bijih besi global dan memasok sekitar 50% baja di dunia sehingga kinerjanya sangat berpengaruh terhadap pasar komoditas tersebut.

“Proyeksi untuk konsumsi baja China menyiratkan penyamarataan [leveling] dalam intensitas baja China —volume baja yang dikonsumsi per orang— dan hasil di China mengikuti lintasan yang berbeda dengan Jepang atau Korea Selatan,” jelas departemen.

“Tidak seperti negara-negara ini [Jepang dan Korea Selatan] yang mengkonsumsi baja dalam jumlah besar di industri seperti mobil dan galangan kapal, jalur pembangunan China diperkirakan tidak akan mengikuti skala yang sama pada pertumbuhan ekspor baja intensif,” lanjutnya.

China adalah pembuat baja terbesar di dunia dan pembeli utama bijih besi global dengan mengambil kargo dari penambang seperti Vale SA dan Rio Tinto Group Australia, BHP Billiton Ltd, dan Fortescue Metals Group Ltd.

Menjelang rilis laporan, Port Hedland di Australia yang menangani kargo untuk proyek Roy Hill BHP, Fortescue, dan Gina Rinehart melaporkan catatan volume untuk periode Maret. Ekspor naik menjadi 42,08 juta ton bulan lalu dari 38,5 juta pada Februari dan 39,09 juta setahun sebelumnya, menurut data otoritas pelabuhan pada Jumat (6/4).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper