Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) mulai menunjukan perbaikan seiring dengan penundaan kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump. Namun, dana asing masih lari dari pasar saham Indonesia.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG perlahan bangkit. IHSG menguat 2,81% dalam sepekan perdagangan kemarin atau dari 14 April 2025 sampai 17 April 2025.
Pada perdagangan awal pekan ini, Senin (21/4/2025) pukul 09.00 WIB, IHSG juga dibuka menguat pada posisi 6.450,31. IHSG sempat menyentuh level tertinggi pada level 6.458 sesaat setelah pembukaan.
Faktanya, pasar saham Indonesia masih mencatatkan keluarnya dana asing dengan deras. Pada perdagangan akhir pekan lalu, Kamis (17/4/2025), pasar saham Indonesia mencatatkan nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp679,86 miliar dalam sehari.
Alhasil, net sell asing sepanjang tahun berjalan (year to date/YtD) di pasar saham Indonesia mencapai hampir Rp50 triliun, atau tepatnya Rp49,55 triliun.
Aliran deras larinya dana asing tercatat pada perdagangan pekan lalu, di mana sejak perdagangan 14 April 2025 sampai 17 April 2025, net sell asing mencapai Rp13,68 triliun.
Larinya dana asing pada pekan lalu melanjutkan tren pekan sebelumnya, di mana Rp5,93 triliun lari dari pasar saham Indonesia pada perdagangan 8 April 2025 sampai 11 April 2025.
Sejumlah saham masih menjadi sasaran jual asing sepanjang 2025 berjalan. Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), misalnya, mencatatkan net sell asing Rp11,1 triliun YtD.
PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) mencatatkan net sell asing sebesar Rp9,47 triliun ytd. Kemudian, saham PT Bank Rakyat Indonesia. Tbk. (BBRI) mencatatkan net sell asing Rp4,91 triliun YtD.
Selain itu, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) mencatatkan net sell asing sebesar Rp3,01 triliun YtD. Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) pun mencatatkan net sell asing Rp1,41 triliun.
Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany Travelin Yunus juga mencatat meskipun IHSG menguat pada pekan lalu, sell off besar-besaran di pasar saham Indonesia masih terjadi.
Pergerakan pasar dipengaruhi kekhawatiran para pelaku pasar atas dampak yang akan terjadi akibat penetapan tarif impor, Presiden AS Donald Trump.
Selain itu, mencuat statement dari Ketua The Fed Jerome Powell yang memperkirakan bahwa tingkat inflasi akan meningkat tahun ini karena dampak tarif yang lebih tinggi.
Ada pula sentimen pihak Morgan Stanley Capital International (MSCI) yang mengumumkan bahwa emiten-emiten dengan kapitalisasi pasar jumbo besutan taipan Prajogo Pangestu, PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN), dan PT Petrosea Tbk. (PTRO) tetap tidak akan dimasukkan ke dalam daftar inklusi pada review indeks Mei 2025.
Asing pun banyak menjual saham BREN, CUAN, dan PTRO. Tercatat, net sell asing di BREN mencapai Rp469 miliar YtD. Net sell asing di CUAN mencapai Rp286 miliar YtD serta net sell asing di PTRO mencapai Rp1,05 triliun YtD.
"Berdasarkan sentimen yang ada, para pelaku pasar masih sangat berhati-hati dalam membuat keputusan dalam bertransaksi saham sebab ketidakpastian dan kekhawatiran akan dampak dari kebijakan tarif masih belum cukup mereda," kata Indri dalam keterangan tertulis pada Minggu (20/4/2025).
Sebelumnya, Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan memproyeksikan aliran dana asing masih akan keluar deras dari pasar saham Indonesia ke depan atau pada kuartal II/2025. Faktor pendorongnya adalah sentimen negatif kebijakan tarif impor AS yang telah diresmikan Trump.
"Investor khususnya foreign pun mungkin masih akan keluar dari market domestik kita di bulan April ini khususnya, untuk memburu aset safe haven seperti emas, US Treasury, dan mata uang negara lain seperti yen dan franc swiss," ujar Felix kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.