Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KUARTAL I: Emisi Obligasi Korporasi Capai Rp49,15 Triliun

Emisi obligasi korporasi sepanjang kuartal I/2018 tercatat mencapai Rp49,15 triliun atau melonjak hampir 100% dibandingkan dengan kuartal I/2017 yang senilai Rp25,17 triliun.
Ilustrasi/www.hennionandwalsh.com
Ilustrasi/www.hennionandwalsh.com

Bisnis.com, JAKARTA — Emisi obligasi korporasi sepanjang kuartal I/2018 tercatat mencapai Rp49,15 triliun atau melonjak hampir 100% dibandingkan dengan kuartal I/2017 yang senilai Rp25,17 triliun.

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), total surat utang korporasi yang telah terdaftar di KSEI hingga akhir kuartal pertama mencapai Rp49,15 triliun, terdiri atas obligasi Rp36,73 triliun, EBA-SP Rp2 triliun dan medium term notes (MTN) Rp10,4 triliun.

Selain itu, ada juga emisi dalam denominasi asing senilai US$44 juta. Bila dirupiahkan dengan kurs Rp13.700 nilainya adalah sekitar Rp600 miliar. Dengan demikian, total emisi kuartal pertama tahun ini menjadi sekitar Rp49,75 triliun.

Padahal, pada kuartal pertama tahun lalu, emisi surat utang korporasi hanya mencapai Rp25,17 triliun, terdiri atas obligasi Rp23,1 triliun dan MTN Rp2,09 triliun. Artinya, ada peningkatan hampir 100% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu

Anil Kumar, Investment/ Portofolio Manager Ashmore Asset Management Indonesia, mengatakan bahwa tingginya emisi surat utang pada awal tahun ini tidak terlalu mengejutkan, sebab pada prinsipnya perusahaan akan mencari sumber pendaan dengan biaya termurah.

Anil mengatakan, saat ini imbal hasil surat utang pemerintah sudah cukup rendah, turun sekitar 200 bps dalam 2 tahun terakhir. Alhasil, kupon obligasi korporasi pun ikut turun. Pada awal tahun ini, kalangan korporasi bisa menerbitkan surat utang dengan selisih bunga sekitar 1% lebih rendah dibandingkan dengan meminjam di bank.

Kebetulan, tingginya emisi surat utang oleh kalangan korporasi disambut baik juga oleh kalangan investor sehingga emisi surat utang sepanjang awal tahun ini relatif sukses di pasar. Pasalnya, suku bunga deposito juga masih relatif rendah sehingga instrumen ini mulai ditinggalkan investor.

Selain itu, imbal hasil surat utang pemerintah juga sudah terlalu rendah sehingga investor mulai mencari keuntungan investasi yang lebih besar di instrumen-instrumen yang lebih berisiko.

“Sebenarnya lebih enak bagi korporasi bila meminjam uang di bank daripada menerbitkan obligasi karena dia harus terekspose ke pasar. Namun, kalau spread antara kupon obligasi dan bunga bank masih tetap lebar, saya kira kondisi ini akan terus terjadi,” katanya, Rabu (4/4/2018).

Anil mengatakan, bila bank akhirnya memutuskan menurunkan suku bunga pinjaman, tren peningkatan surat utang korporasi mungkin akan terhenti. Namun, kondisi tersebut kemungkinan akan sulit terjadi menimbang tren suku bunga acuan cenderung akan meningkat mengimbangi tren peningkatan suku bunga global.

Sejumlah korporasi memilih untuk menerbitkan MTN lantaran tidak terpapar kewajiban keterbukaan kepada pasar. Hal tersebut menjadi alasan dibalik tingginya emisi MTN pada kuartal pertama tahun ini. KSEI mencatat ada 40 seri, sedangkan pada periode yang sama tahun lalu hanya 18 seri.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper