Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

World Bank: Penggunaan Batu Bara Bakal Anjlok Dalam 30 Tahun

Ketergantungan dunia pada sumber energi seperti minyak dan batu bara, sebagai beberapa penyebab utama di balik polusi, dinilai berkurang.
Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatra Selatan, Rabu (7/3/2018)./ANTARA-Nova Wahyudi
Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatra Selatan, Rabu (7/3/2018)./ANTARA-Nova Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA – Ketergantungan dunia pada sumber energi seperti minyak dan batu bara, sebagai beberapa penyebab utama di balik polusi, dinilai terus berkurang.

“Modelnya adalah batu bara ditambah energi terbarukan, modelnya bisa gas plus energi terbarukan. Saya kira 10 hingga 12 tahun dari sekarang, kita akan melihat energi terbarukan dan penyimpanan. Tidak lebih dari itu,” ujar Riccardo Puliti, Global Head of Energy and Extractives di Bank Dunia, seperti dikutip CNBC.

Bahkan, menurutnya, penggunaan batu bara bisa turun drastis dalam beberapa dekade mendatang. “Saya kira dalam 30 tahun ke depan, kita akan melihat batu bara akan semakin menghilang dari bauran energi,” ungkapnya.

Terlepas dari prediksi tersebut, laporan yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional (NBS) China awal tahun ini menunjukkan konsumsi batu bara naik 0,7% pada 2017, untuk pertama kalinya sejak 2013, terutama karena stimulus ekonomi dari pemerintah.

Tak hanya itu, batu bara terus menjadi sumber energi terbesar bagi China dengan melampaui lebih dari 60% bauran energinya.

Mungkin yang lebih mengkhawatirkan adalah peningkatan konsumsi batu bara global tahun lalu, setelah dua tahun berturut-turut menurun, berdasarkan data yang dirilis bulan lalu oleh International Energy Agency (IEA).

Meski demikian, Puliti mengungkapkan antusiasmenya tentang retorika China untuk memerangi perubahan iklim. “Di luar itu, beberapa negara sedang dalam upaya memerangi polusi serta mempromosikan teknologi yang lebih bersih dan lebih hijau,” katanya, merujuk pada Eropa dengan Jerman yang memelopori investasi energi angin selama satu dekade terakhir.

Meskipun beberapa negara berkekuatan ekonomi terbesar di dunia menunjukkan tanda-tanda yang menjanjikan, langkah pengadopsian energi terbarukan tetap menjadi urusan yang berbiaya tinggi bagi sebagian besar negara dan industri.

Puliti mengakui bahwa teknologi yang digunakan dalam bentuk energi alternatif bisa sangat mahal pada awalnya, tetapi biaya itu turun sangat cepat seiring meningkatnya penetrasi. Sebagai contoh, biaya energi surya telah turun 8%-10% setiap tahun. “Permasalahannya adalah seberapa banyak, sebagai pemerintah, Anda ingin mendorong teknologi baru, teknologi yang lebih bersih,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper