Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

India Kembali Kerek Pajak Impor CPO, Kini Jadi 44%

Setelah pada November lalu menaikkan tarif impor minyak kelapa sawit hingga 100% dari 15% menjadi 30%, pada awal Maret ini India kembali menaikkan pajak CPO menjadi 44%.
Kelapa sawit./Bloomberg-Taylor Weidman
Kelapa sawit./Bloomberg-Taylor Weidman

Bisnis.com, JAKARTA – Setelah pada November lalu menaikkan tarif impor minyak kelapa sawit hingga 100% dari 15% menjadi 30%, pada awal Maret ini India kembali menaikkan pajak CPO menjadi 44%.

Hal itu dilaporkan oleh Pemerintah India pada Kamis (1/3) dilansir dari Malaysian Palm Oil Council yang mengutip informasi Reuters. Pemerintah Negeri Hindia mengumumkan peningkatan pajak impor crude palm oil dan minyak sawit olahan ke tingkat tertingggi dalam lebih dari satu dekade.

“India menaikkan pajak impor CPO menjadi 44% dari 30% dan juga menaikkan pajak minyak sawit olahan menjadi 54% dari 40%,” jelasnya, seperti dilansir Reuters.

Menurut keterangan pihak yang bersangkutan, peningkatan tarif impor tersebut dilakukan untuk mendukung petani setempat. Kenaikan tersebut akan mengangkat harga minyak biji dan penekanan pasokan domestik, membantu memasukkan impor minyak nabati pada musim 2017/2018 yang dimulai pada 1 November.

India dilaporkan mengandalkan impor hingga 70% untuk konsumsi minyak nabati, naik dari 44% pada musim 2001/2002. India mengimpor minyak sawit dari Indonesia dan Malaysia dan soyoil dari Argentina dan Brasil. Selain itu juga membeli sejumlah minyak bunga matahari dari Ukraina dan minyak canola dari Kanada.

“Kenaikan keempat dalam pajak impor dalam waktu kurang dari enam bulan akan mendorong harga minyak nabati dalam negeri dan mendukung harga minyak sayur lokal seperti kedelai dan rapeseed,” kata BV Mehta, Direktur Eksekutif The Solvent Extractors Association (SEA).

“Pasokan dari tanaman rapeseed musim baru baru saja dimulai. Kini petani akan mendapatkan harga yang menguntungkan karena kenaikan pajak,” lanjutnya.

Terpantau, pada perdagangan Kamis (1/3) harga CPO melemah 10 poin atau 0,39% menjadi 2.549 ringgit per ton. Angka ini merupakan pelemahan setelah mengalami peningkatan 4 sesi perdagangan berturut—turut. Harga semakin melemah dengan penutupan pada perdagangan Jumat (2/3) di level 2.474 ringgit per ton.

Perdagangan Senin (5/3) pukul 16.00 WIB, harga minyak kelapa sawit tercatat melemah 10 poin atau 0,40% menjadi 2.464 ringgit per ton. Angka tersebut merupakan pelemahan 3 sesi berturut—turut. Sepanjang tahun, harga tercatat turun 3%.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper